Selasa, 14 Juni 2022

Ramadhan Sudah Berada Di Penghujung Hari, Apa Yang Sudah Kita Persiapkan Untuk Beristiqomah Hingga Hari Akhir?

(Ustad Abu Umair saat menyampaikan materi Amalan pembersih jiwa di Live Youtube Nurul ‘Ashri)

Ramadhan adalah salah satu bulan yang dipenuhi keberkahan dimana umat muslim akan berlomba untuk mendapatkan pahala dan keberkahan dari bulan suci ini. Masjid Nurul Ashri atau yang dikenal sebagai Masjid Nurash rutin mengadakan kajian sore menjelang berbuka puasa. Setiap harinya masjid ini dipenuhi dengan jemaah yang didominasi oleh kaum milenial, bagaimana tidak, jika isi ceramah kajian yang sering kali terasa relate dengan kehidupan kita, disamping itu di Masjid ini juga sering mengadakan takjil gratis, dari sini kita sudah bisa melihat banyak keberkahan dalam menjalani bulan Ramadhan ini. Pada tanggal 28 April 2022 di Masjid Nurul ‘Ashri melangsungkan Kajian yang diisi ceramah oleh Ustad Abu Umair, B.A., M.Pd dengan tema  “Amalan-amalan Pembersih Jiwa”  Kajian ini berlangsung khidmat baik secara offline maupun online (live youtube) hingga akhir ceramah.D

Diawal pembahasan, Ustadz Abu Umair memberikan sepenggal kisah mengenai seorang mukhti atau pemberi fatwa di Saudi Arabia, beliau tidak bisa melihat tetapi bisa menjadi seorang mukhti hingga berhasil menghafal banyak hadist tanpa membuka buku. Lantas apa yang dilakukan oleh mukhti tersebut?

Ia melakukan muhasabah.

Sebagaimana yang terdapat dalam Qs. Al-Hasyr ayar 18, yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya: “wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan”

Ustad Abu Umair menjabarkan ayat ini dengan diibaratkan kita berdandan, sebelum  pergi keluar rumah, seperti membenarkan penampilan, menghias wajah, menambah wewangian, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut adalah salah satu bentuk dari bermuhasabah, namun niat bermuhasabah disini adalah untuk manusia sendiri, sedangkan dalam ayat tersebut memaparkan tentang bermuhasabah kepada Allah SWT. Muhasabah sendiri memiliki arti menghisab (mengevaluasi) diri sendiri. Namun terkadang kita masih bingung bagaimana cara kita mengetahui apakah kita sudah bermuhasabah kepada Allah SWT atau bahkan belum?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita perlu mengoreksi dan melihat kembali apakah ibadah yang kita lakukan baik secara kualitas dan kuantitas sudah dilakukan dengan sesuai syariat yang diajarkan atau masih banyak yang tertinggal, karena akan banyak sekali kemaslahatan yang didapatkan dari bermuhasabah kepada Allah SWT.

Dalam ceramahnya, Ustadz Abu Umair menguraikan sekurang-kurangnya 4 manfaat yang akan didapatkan dari bermuhasabah kepada Allah SWT. Diantaranya adalah mengingat hari akhir. Karena dalam tafsir Qs. Al-Hasyr ayat 18 tersebut para ulama sepakat hari esok disana adalah hari kiamat, maka pertanyaannya apa yang sudah kita persiapkan untuk hari kiamat?

Pada hakikatnya di hari akhir nanti tidak akan ada orang yang bisa mengelak suatu perbuatan pun, tidak bisa berbicara dan tidak bisa meminta untuk diturunkan hukumannya seperti hukum pengadilan di dunia, yang bisa kita lakukan pada saat hari itu terjadi adalah diam dan menerima segala konsekuensinya. Segala kebaikan dan keburukan sekecil apapun akan Allah temukan dan akan Allah bukakan. Maka dari itu kita perlu memperbanyak berdo’a dan dimintai ampunan serta ditutup segala dosa dan aib. Beliau juga menyebutkan setidaknya akan ada 4 fase kehidupan (Nutfah, Rahim, Dunia dan Yaumul Barzah). Sebaik-baiknya orang adalah orang yang mempersiapkan diri untuk menghadapi Yaumul Barzah, karena dalam Yaumul Barzah akan menjadi proses yang Panjang yang kita sendiri tidak ketahui seberapa lama kita berada disana. Namun kebanyakan dari kita yang baru menghadapi fase ke 3 dan sudah terbelenggu oleh kehidupan dunia.

Manfaat muhasabah yang kedua adalah mendapat petunjuk sebagaimana dalam Qs. Alfatihah ayat 6:

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ

Artinya : “tunjukilah kami jalan yang lurus”D

Dalam penjabaran yang dipaparkan Ustadz Abu Umair menyatakan bahwa Ihdina sirotol mustaqim disini terbagi 2 makna ‘ala dan ilaa, kalau ilaa itu beristiqomah, berisqiomah dijalan yang lurus. Ketika kita sudah sadar bahwa bulan Ramadhan akan segera berakhir tentu kita dianjurkan untuk beristiqomah dalam beribadah, meskipun sudah bulan Ramadhan namun ibadah yang tadinya dilaksanakan akan tetap berjalan linear. Sedangkan ‘ala adalah berhijrah. Makna disini melakukan ibadah hari ini lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Hal ini tentu lebih baik dari perbuatan apapun.

Manfaat yang ketiga adalah mengobati hati yang sakit, karna sesungguhnya penyakit hati yang besar adalah bermaksiat kepada Allah SWT.

Dan yang terakhir manfaat ke empat adalah terhindar dari sikap takabur (sombong) takabur terbagi menjadi 2:

 1) menolak kebenaran, apabila seseorang diberitahu tentang kebenaran ia menolaknya makai a termasuk golongan orang yang sombong.

 2) merendahkan orang, dalam kasus di zaman sekarang ini arti kata takabur sama dengan tindakan membully orang lain. seperti dalam Qs al humazah ayat 1 :

وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍۙ

Artinya : “Celakalah bagi setiap pengumpat atau pencela”

Dalam Qs Al-Humazah ini sudah sangat jelas orang yang sombong dengan cara mencela (membully) akan celaka. Siksaan yang amat pedih akan dirasakan di alam Neraka Hutamah bagi orang yang terbiasa mencela orang lain dengan isyarat ataupun suka membicarakan aib orang lain lalu menghinakannya.

Naudzubillahi min Dzalik, tsumma Naudzubillah…
Semoga kita semua dijauhkan dari sikap-sikap tercela tersebut dan senantiasa berada dalam ridho dan lindungan Allah SWT. Aamiin Ya Robbal aalamiin,

 

Ditulis oleh Syadathul Ummah

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Program Rutin yang dilakukan di Masjid Nurul Huda Kecamatan Nglipar

Masjid Nurul Huda dibangun sejak tahun 1955 dengan luas tanah 221 m2, beralamatkan di dusun Nglipar Lor, Desa Nglipar, Kecamatan Gunungkidul...