Masjid merupakan sentral kegiatan dalam kehidupan
sehari-hari. Berbicara pendidikan, ekonomi, fiqih bahkan pernikahan pun tak
jarang digelar di tempat mulia ini. Salah satu kalimat dari seorang aktivis di
salah satu masjid maju di Yogyakarta, “Jika masjid makmur, maka ummat di
sekitarnya akan ikut termakmurkan.” Karena pada esensinya, masjid menyediakan
dan menjadi jawaban atas persoalan-persoalan kehidupan. Tidak sebatas segala
hal yang bersifat meterial, namun lebih besar adalah yang bersifat spritirual.
Di mana kening manusia kerdil menyatu dengan ubin, kepala sejajar dengan kaki;
penanda jikalau manusia itu hina di hadapan Allah.
Salah satu contoh pergerakan masjid yang berusaha
menjadi rumah untuk ummat adalah Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga.
Masjid kampus yang berharap akan menjadi sentralnya kegiatan mahasiswa, entah
berdiskusi, berdikari, maupun beramal sosial lainnya. Program Labotarorium
Agama Masjid Sunan Kalijaga salah satunya bergerak dalam bidang ekonomi
mahasiswa, yaitu berbagai hidangan berbuka puasa setiap hari Senin-Kamis dan
tiga hari puasa Ayyamul Bidh setiap bulannya.
Program ini dilatarbelakangi oleh semangat dakwah pengurus
harian Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga, yang senang ketika mahasiswa
mengamalkan sunnah. Sehingga dari sini tercetuslah rancangan program yang
goals-nya adalah memasifkan sunnah di lingkungan kampus.
Misseac Agnarama –koordinator Penetitian dan
Penerbitan Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga, yang selaku menjadi
koordinator program berbagi hidangan berbuka puasa menuturkan alasannya. “Dari
diri sendiri, saya senang melihat orang yang melakukan sunnah, akhirnya ingin
mencoba memasifkan puasa sunnah ini. Caranya adalah dengan membuka donasi untuk
memfasilitasi orang-orang yang belum bisa melakukan puasa sunnah, sehingga
mereka bisa menyalurkan hartanya untuk orang-orang yang berpuasa.”
Teknisnya sendiri adalah dengan membuka donasi untuk
berbagi hidangan berpuasa. Dipantau dari akun instagram @masjid.uinsk,
antusiasme mahasiswa dengan program ini pun tinggi karena mereka pun mendapat
keuntungan makanan di sini. Respon mahasiswa ini pula yang menjadi palatuk para
pengelola Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga untuk terus mengevaluasi
program yang berjalan dan merancang program yang lebih besar dampaknya.
Sistem berbagi hidangan berbuka puasa ini pun cukup
unik, yaitu membagikannya dengan menggunakan voucher makanan yang bisa
ditukarkan di warung yang telah bekerja sama dengan Laboratorium Agama.
“Pakai voucher harapannya sedekah makanan ini bisa
tepat tersalurkan kepada target. Karena ketika memakai makanan fisik, justru
banyak yang tersisa dan tidak tepat sasaran. Yang ambil justru mereka yang
tidak berpuasa,” keluhnya ketika sasaran program belum tepat.
Evaluasi berbagai hidangan berpuka puasa ini akhirnya
mencetuskan teknis baru yang lebih fresh. Penggunaan voucher esensinya
memudahkan mahasiswa untuk mengambil. Tidak harus ditukarkan pada saat itu
juga, voucher bisa ditukarkan kapan saja selagi mereka berpuasa.
“Selain itu, penggunaan voucher makanan ini berharap
bisa menjalin kerja sama dengan warung-warung di sekitar UIN Sunan Kalijaga dan
mereka pun bisa turut berkontribusi untuk menyukseskan program-program amal
sosial masjid,” ungkapnya dengan penuh pengharapan kontribusi dari berbagai
elemen.
Teknis yang digunakan oleh tim pengelola semata-mata
untuk memberikan kemudahan bagi jamaah atau mahasiswa. Tidak hanya mereka yang
mendapatkan dampak baiknya, para donatur pun mendapatkan kemudahan akses untuk
memantau pergerakan dan penggunakan uang yang masuk. Sehingga terdapat
transparansi donasi yang dikelola oleh Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Dari sini, baik pengelola maupun donasi yang berkontribusi untuk
program yang dijalankan sama-sama diuntungkan, karena tidak ada kekhawatiran
akan pergerakan uang donasi yang masuk.
Artikel ditulis oleh Miftakhul Ulumiya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar