Minggu, 03 April 2022

Berbagi Hidangan Buka Puasa menuju Masifnya Pengamalan Sunnah di Lingkungan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta



(Masjid UIN Suka menyediakan voucher berbuka puasa kepada jamaah yang berpuasa senin dan kamis)

Masjid merupakan sentral kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara pendidikan, ekonomi, fiqih bahkan pernikahan pun tak jarang digelar di tempat mulia ini. Salah satu kalimat dari seorang aktivis di salah satu masjid maju di Yogyakarta, “Jika masjid makmur, maka ummat di sekitarnya akan ikut termakmurkan.” Karena pada esensinya, masjid menyediakan dan menjadi jawaban atas persoalan-persoalan kehidupan. Tidak sebatas segala hal yang bersifat meterial, namun lebih besar adalah yang bersifat spritirual. Di mana kening manusia kerdil menyatu dengan ubin, kepala sejajar dengan kaki; penanda jikalau manusia itu hina di hadapan Allah.

Salah satu contoh pergerakan masjid yang berusaha menjadi rumah untuk ummat adalah Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga. Masjid kampus yang berharap akan menjadi sentralnya kegiatan mahasiswa, entah berdiskusi, berdikari, maupun beramal sosial lainnya. Program Labotarorium Agama Masjid Sunan Kalijaga salah satunya bergerak dalam bidang ekonomi mahasiswa, yaitu berbagai hidangan berbuka puasa setiap hari Senin-Kamis dan tiga hari puasa Ayyamul Bidh setiap bulannya.

Program ini dilatarbelakangi oleh semangat dakwah pengurus harian Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga, yang senang ketika mahasiswa mengamalkan sunnah. Sehingga dari sini tercetuslah rancangan program yang goals-nya adalah memasifkan sunnah di lingkungan kampus.

Misseac Agnarama –koordinator Penetitian dan Penerbitan Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga, yang selaku menjadi koordinator program berbagi hidangan berbuka puasa menuturkan alasannya. “Dari diri sendiri, saya senang melihat orang yang melakukan sunnah, akhirnya ingin mencoba memasifkan puasa sunnah ini. Caranya adalah dengan membuka donasi untuk memfasilitasi orang-orang yang belum bisa melakukan puasa sunnah, sehingga mereka bisa menyalurkan hartanya untuk orang-orang yang berpuasa.”

Teknisnya sendiri adalah dengan membuka donasi untuk berbagi hidangan berpuasa. Dipantau dari akun instagram @masjid.uinsk, antusiasme mahasiswa dengan program ini pun tinggi karena mereka pun mendapat keuntungan makanan di sini. Respon mahasiswa ini pula yang menjadi palatuk para pengelola Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga untuk terus mengevaluasi program yang berjalan dan merancang program yang lebih besar dampaknya.

Sistem berbagi hidangan berbuka puasa ini pun cukup unik, yaitu membagikannya dengan menggunakan voucher makanan yang bisa ditukarkan di warung yang telah bekerja sama dengan Laboratorium Agama.

“Pakai voucher harapannya sedekah makanan ini bisa tepat tersalurkan kepada target. Karena ketika memakai makanan fisik, justru banyak yang tersisa dan tidak tepat sasaran. Yang ambil justru mereka yang tidak berpuasa,” keluhnya ketika sasaran program belum tepat.

Evaluasi berbagai hidangan berpuka puasa ini akhirnya mencetuskan teknis baru yang lebih fresh. Penggunaan voucher esensinya memudahkan mahasiswa untuk mengambil. Tidak harus ditukarkan pada saat itu juga, voucher bisa ditukarkan kapan saja selagi mereka berpuasa.

“Selain itu, penggunaan voucher makanan ini berharap bisa menjalin kerja sama dengan warung-warung di sekitar UIN Sunan Kalijaga dan mereka pun bisa turut berkontribusi untuk menyukseskan program-program amal sosial masjid,” ungkapnya dengan penuh pengharapan kontribusi dari berbagai elemen.

Teknis yang digunakan oleh tim pengelola semata-mata untuk memberikan kemudahan bagi jamaah atau mahasiswa. Tidak hanya mereka yang mendapatkan dampak baiknya, para donatur pun mendapatkan kemudahan akses untuk memantau pergerakan dan penggunakan uang yang masuk. Sehingga terdapat transparansi donasi yang dikelola oleh Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dari sini, baik pengelola maupun donasi yang berkontribusi untuk program yang dijalankan sama-sama diuntungkan, karena tidak ada kekhawatiran akan pergerakan uang donasi yang masuk. 

 

(Foto penulis bersama narasumber)

Artikel ditulis oleh Miftakhul Ulumiya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Program Rutin yang dilakukan di Masjid Nurul Huda Kecamatan Nglipar

Masjid Nurul Huda dibangun sejak tahun 1955 dengan luas tanah 221 m2, beralamatkan di dusun Nglipar Lor, Desa Nglipar, Kecamatan Gunungkidul...