Masjid Suciati
Saliman, bukan hanya megah dan mewah semata tetapi banyak filosofi dan nilai
seni yang terkandung dalam Masjid yang beralamat di jl. Gito Gati no. 100,
Grojogan, Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. Seperti namanya, masjid ini
dibangun oleh seorang perempuan pengusaha dunia-akhirat bernama Suciati
Saliman. Dengan kekuatan do’a dan usaha beliau bisa mewujudkan mimpinya yang
tergambar dari semasa sekolah menengah pertama, berawal dari kekaguman beliau
seusai menunaikan ibadah umrah.
“Urip iku irip, saya bercita-cita hidup saya
bisa sebanyak-banyaknya memberi manfaat pada orang lain. Berdoa, berusaha dan
yakin. Rejeki sudah diatur dan tidak pernah tertukar” –kalimat yang sering
dilontarkan oleh Ibu Suciati Salimah.
Masjid ini dibangun dengan nuansa khas Timur Tengah, eksteriornya
yang mewah terlihat begitu eye catching bagi siapapun yang
melihat dan berkunjung ke masjid ini. Dengan menggunakan material kontruksi
berlapis marmer, dan memadukan uliran umas disetiap sudut pintu masjid membuat
masjid ini terlihat semakin mirip dengan Masjid Nabawi. Meski demikian
arsitektur dari masjid ini bernuansa khas Timur Tengah, namun tidak membuat
nilai dan kesan ke-Jawa-annya hilang. Memadukan dua budaya yang berbeda antara
budaya Timur Tengah dengan budaya lokal, berikut beberapa hal yang membuat
masjid ini terlihat unik dilihat dari segi eksteriornya:
a. Atap masjid yang
digunakan meskipun sama-sama berwarna hijau, tetapi tidak berbentuk seperti
kubah Masjid Nabawi, melainkan berbentuk limasan bertingkat tiga. Hal ini
diyakini agar tetap menimbulkan kesan sebagai bentuk pemeliharaan usur Jawa.
b. Masjid ini memiliki
lima menara yang menyerupai bentuk menara yang berada di Masjid Nabawi, kelima
menara ini memberikan filosofi pada jumlah sholat fardhu’ yang dilakukan dalam
satu hari, yakni lima waktu.
c. Bentuk masjid ini
persegi dengan bagian pintu dari Masjid Suciati ini keseluruhannya menggunakan
dinding berbalut marmer berwarna krem berpadu dengan hitam
keabu-abuan, ketiga sudut masjid ini memiliki jumlah sembilan pintu
yang konon menggambarkan jumlah Wali Songo yang menyebarkan agama islam di
Pulau Jawa. Pintu-pintu tersebut terbuat dari tembaga bermotif kulit berpadu
dengan warna emas bertuliskan kaligrafi dan terdapat elemen-elemen bunga yang
membuat mata menjadi terpana.
Tidak kalah unik di bagian interiornya pun masjid ini memiliki
keunikan, meski tidak terlalu besar tetapi tetap nuansa yang dibangun sangat
megah. Diantaranya adalah:
a. Mihrab
di Masjid Suciati ini berbentuk cekungan dengan dihiasi ornamen
berwarna hitam putih seperti mihrab Masjid Nabawi. Dan mimbar yang merupakan
miniatur kayu berwarna putiih tersebut bentuknya menyerupai khas Timur
Tengah.
b. Kubah Masjid Suciati
berbentuk cekungan setengah bolah dengan perpaduan warna emas dan biru muda
dihiasi ornament motif khas Timur Tengah, ternyata kubah tersebut memang dibuat
seperti kubah Masjid Nabawi.
c. Liwan Masjid Suciati
ini merupakan ruang utama dimana para Jama’ah melaksanakan ibadah seperti
sholat, dzikir, tilawah, ikhtikaf, dan sebagainya. Ruangan di masjid tersebut
terbagi menjadi tiga lantai, di lantai pertama di isi khusus untuk tempat
kajian, lantai kedua digunakan sebagai Liwan laki-laki, dan lantai tiga dibuat
semi mezzanine untuk Liwan perempuan dengan masing-masing
lantai dilengkapi dengan AC, almari dengan tetap menggunakan interior khas
Timur Tengah.
Demikian beberapa keunikan yang terdapat
dalam Masjid Suciati Saliman, dengan adanya perpaduan 2 gaya tersebut, Masjid
ini menjadi sImbol dari sifat keterbukaan dan toleransi terhadap budaya asing
namun tidak melupakan fitrahnya dalam unsur Jawa. Seperti yang disebutkan oleh
pemilik masjid ini “Wong jowo ojo lali jowone”, pepatah ini memiliki arti orang Jawa jangan sampai lupa
Jawa-nya. Namun, dikarenakan dorongan untuk membuat masjid ini dilakukan
setelah beliau melakukan ibadah umrah, maka sebagian besar arsitektur masjid
ini diadopsi dari ketertarikannya pada masjid yang berada di Timur Tengah.
Artikel ditulis oleh Syadatul Ummah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar