Kesadaran
akan pentingnya menjaga lingkungan masih menjadi PR besar bagi masyarakat
Indonesia, tidak
terkecuali warga UIN Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta. Padahal sudah pasti
kurangnya kesadaran akan kebersiahan lingkungan akan sangat merugikan kehidupan
manusia.
Misseac Agnarama atau biasa
disapa Mas Issac, Koordinator Kalijaga Mengajar, yang
merupakan induk dari program Reksa Bumi menyatakan bahwa kebanyakan teman-teman
mahasiswa tidak paham jikalau banyak sampah plastik yang tidak bisa dioleh
kembali, seperti sachet-sachet atau styrofoam. Maka hal ini perlu disadarkan
kepada mahasiswa atau bahkan juga masyarakat sekitar akan pentingnya menjaga
lingkungan.
Mas Issac juga mengatakan, di UIN Suka sendiri, setiap harinya
menyumbang sampah baik organik maupun anorganik sebanyak kurang lebih satu truk
sampah. Tentu ini merupakan ukuran yang cukup besar sebagai penymbang sampah
yang kemudian hanya dibuang tanpa melalui tahap pengolahan atau pemilahan.
Manusia dititipi oleh Allah
bumi yang harus djaga dengan baik. Allah benci manusia berbuat maksiat, salah
satu bentuk maksiatnya adalah merusak bumi. Bumi adalah amananah yang harus
manusia jaga.
Atas dasar segala
problematika ini, Reksa Bumi sebagai sub program Kalijaga Mengajar yang berada
dalam naungan Laboratorium Agama Masjid UIN Suka, dihadirkan sebagai upaya
menyadarkan masyarakat UIN dan sekitarnya akan pentingnya menjaga lingkungan.
Jadi, apa itu Reksa Bumi?
Reksa berasal dari
bahasa Jawa,
yang berarti menjaga. Sedangkan Reksa Bumi sendiri berarti menjaga bumi supaya
tidak kotor dan rusak. Reksa bumi merupakan anak program dari Kalijaga Mengajar
yang dinaungi Laboratorium Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarata.
Kegiatan ini merekrut para mahasiswa UIN Suka semester dua sampai enam.
Kativitas program Reksa Bumi ini juga digadang-gadang dapat dikonversikan
nilainya sebagai nilai KKN, sehingga sangat menggiurkan bagi mahasiswa yang
tidak ingin disibukkan dengan kegiatan KKN nantinya.
Dapat dikatakan bahwa Reksa
bumi melanjutkan jasa mahasiswa-mashasiswa yang dulu tergabung dalam Tim
Pemungut Sampah (TPS) untuk kembali mengangkat visi yang sama yakni
membersihkan UIN Suka dari banyaknya sampah. Bukan hanya
membuang sampah, namun Reksa Bumi direncanakan memiliki banyak program yang
berkaitan untuk menjaga bumi terutama di lingkungan UIN Suka dan sekitarnya.
“Level pertama perduli
lngkungan itu adalah membuang sampah pada tempatnya. Level pertama saja mahasiswa
UIN masih banyak yang kurang sadar. Jadi TPS setiap sabtu-minggu muter-muter
UIN untuk memungut sampah.” Ujar Mas Misseac saat diwawancarai pada 25 Maret
2022.
Namun eksistensi TPS kini
tidak lagi ada, dikarenakan tidak adanya regenerasi anggota. Dengan dinaungi
Laboratorium Agama Masjid UIN Sunnan Kalijaga, program Kalijaga Mengajar dengan
spesifikasi Reksa Bumi berupaya menciptakan gebrakan baru, bukan hanya
memberikan edukasi membuang sampah pada tempatnya tetapi juga program lain
dalam mengolah sampah sehinga tepat guna.
Mengikuti perkembangan
zaman, Reksa Bumi tidak hanya bergerak secara langsung di
lapangan tetapi juga merambah pergerakan melalui media sosial.
Dengan ini, Reksa Bumi
diharapkan bisa lebih dikenal luas oleh mahasiswa milenial. Bahkan bisa
dikatakan bahwa anggota yang tergabung di dalam Reksa Bumi sebagian besar juga
merupakan generasi milenial, sehingga harapannya komunikasi yang disampaikan
bisa tepat sasaran.
Mas Issac mengatakan, Ia berharap
Reksa Bumi tidak hanya berkutat di UIN Suka dan sekitarnya saja,
tetapi pergerakan Reksa Bumi akan mampu merangkul masyarakat luas di
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar