Masjid Gedhe Mataram
merupakan masjid tertua di Yogyakarta. Masjid ini berada di kawasan daerah
Kotagede yang terkenal dengan kota wisata, hingga disebut kompleks keraton
karena terdapat istana pertama kerajaan Mataram Islam. Hingga kini, Masjid
Gedhe Mataram menjadi bangunan cagar budaya. Dimana masjid ini juga memiliki
kompleks masjid tersendiri yang berada di Dusun Sayangan, Jagalan, Kecamatan
Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara astronomi,
masjid ini terletak pada koordinat UTM X : 0433674 dan Y : 9134540. Kompleks
masjid tersebut juga berada di tengah-tengah permukiman warga yang dikelilingi
oleh pagar-pagar dengan tinggi sekitar 2,5 meter.
Masjid Gedhe Mataram Kotagede juga memiliki makna filosofis,
selain memiliki arsitektur yang cukup unik karena pada saat itu pembangunan
banyak dibantu oleh umat Hindu, salah satunya yaitu pada bagian pintu Masjid
Gedhe Mataram yang berbentuk pura. Pada saat itu juga umat Islam hanya
membangun masjidnya, sedangkan umat Hindu membangun pagar masjidnya. Masjid
GedHe Mataram juga memiliki makna filosofi yang kuat, menurut Warisman sebagai
juru kunci di Masjid Gedhe Mataram Yogyakarta. Filosofi tersebut biasanya
disebut dengan catur gatra tunggal, yang berarti empat wujud yang menjadi satu
kesatuan yaitu keraton, masjid, alun-alun, dan pasar. Dari keempat itu,
semuanya memiliki filosofi tersendiri. Dimulai dari masjid yang melambangkan
simbol Ketuhanan Yang Maha Esa, keraton melambangkan sebagai simbol dari
kepemimpinan, pasar merupakan simbol perwujudan dari keadilan dan kemakmuran,
dan alun-alun yang melambangkan demokrasi.
Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh Masjid Gede Mataram Kota
Gede, yaitu atapnya yang berupa tajug sebagai lambang gantung bertumpang tiga
bertempat dibangunan utama (liwan). Dan tidak hanya itu terdapat limasan pada
bagian bangunan serambi dan powestren.
Pada kompleks masjid ini juga memiliki tiga pintu gerbang yang
berbentuk paduraksa, berada pada sisi utara, timur dan selatan. Berdasarkan
coraknya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat akulturasi dengan gaya
arsitektur pra Islam yang sudah ada, khususnya pada percandian masa klasik.
Tidak hanya itu, pada halaman Masjid Gedhe Mataram terdapat dua bangsal
pecaosan dengan atap berbentuk limasan pada sisi sebelah utara dan sebelah
selatan masjid. Selain itu, ada sebuah bangunan yang berbentuk seperti tugu jam
yang didirikan pada masa Pakubuwana X. Hingga kini tugu jam yang berada di
halaman masjid tersebut dapat membuat para jamaah dan peziarah tertarik hingga
rela melihatnya dalam waktu yang lama, bahkan ada yang berfoto atau hanya
mengabadikannya di kamera saja.
Secara arsitektural, keunikan pada bangunan utama Masjid Gedhe
Mataram terdapat pada lima komponen ruang, yaitu:
a.
Kuncungan, salah satu
akses utama menuju bagian dalam masuk masjid. Bangunan tersebut atau yang biasa
dipanggil dengan sebutan kuncungan ini memiliki atap yang berbentuk kampong
yang terdapat dua pilar dari struktur berbahan bata. Pada bagian gevel atap
sisi timur masjid terdapat hiasan kaligrafi serta dua angka tahun
yakni 1856 dan 1926.
b.
Jagang, sebuah kolam kecil
yang mengeilingi serambi di bagian sisi utara, selatan dan timur masjid.
Awalnya jagang ini hanya dimanfaatkan sebagai pembatas atau batas suci.
Kedalaman jagang itu sendiri sekitar 60 cm sedangkan dengan lebarnya sekitar
185 cm.
c.
Serambi masjid, yang
mana pada masjid ini serambi dibedakan menjadi dua serambi yakni serambi bawah
dan serambi atas. Serambi bawah terdapat pagar rendah yang berbatasan langsung
dengan jagang. Sedangkan serambi atas dengan memiliki delapan tiang saka.
Serambi ini yang menjadi ciri khas dari keunikan bangunan Masjid Gedhe Mataram
karena memiliki atap yang berbentuk limasan sebagai bangunan yang
terbuka yang menyerupai pendopo.
d.
Bangunan induk,
bangunan tersebut dibedakan menjadi dua bagian, yakni bangunan utama liwan yang
memiliki denah persegi yang beratapkan tumpang susun tiga dengan empat buah
sakaguru, yang mana dibagian liwan ini terdapat mihrab. Kemudian pada bangunan
yang kedua terdapat ruangan di sisi bagian selatan liwan sebagai ruangan khusus
bagi jama’ah wanita (pawestren).
e.
Tempat wudhu, berada
di sebelah utara dan selatan masjid.
Tidak hanya itu saja yang membuat Masjid Gedhe Mataram ramai
dikunjungi oleh banyak wisatawan dan peziarah. Pengunjung dari daerah Kotagede
pun kerap mengunjungi hingga beribadah di masjid tersebut. Hal ini dikarenakan
adanya makam-makam para raja/makam agung dari kerajaan Mataram Islam di samping
masjid, salah satunya adalah Ki Gede Pemanahan, Panembahan Senopati, dan
lain-lain. Bahkan area depan masjid memiliki keunikan tersendiri, hingga
menarik banyak sekali pengunjung yang memanfaatkan pemandangan masjid untuk
berbagai kegiatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar