Minggu, 03 April 2022

Menelisik Bangunan Unik Masjid Gedhe Mataram Kotagedhe Yogyakarta


(Masjid Gedhe Mataram tampak dari depan)

Masjid Gedhe Mataram merupakan masjid tertua di Yogyakarta. Masjid ini berada di kawasan daerah Kotagede yang terkenal dengan kota wisata, hingga disebut kompleks keraton karena terdapat istana pertama kerajaan Mataram Islam. Hingga kini, Masjid Gedhe Mataram menjadi bangunan cagar budaya. Dimana masjid ini juga memiliki kompleks masjid tersendiri yang berada di Dusun Sayangan, Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara astronomi, masjid ini terletak pada koordinat UTM X : 0433674 dan Y : 9134540. Kompleks masjid tersebut juga berada di tengah-tengah permukiman warga yang dikelilingi oleh pagar-pagar dengan tinggi sekitar 2,5 meter.

Masjid Gedhe Mataram Kotagede juga memiliki makna filosofis, selain memiliki arsitektur yang cukup unik karena pada saat itu pembangunan banyak dibantu oleh umat Hindu, salah satunya yaitu pada bagian pintu Masjid Gedhe Mataram yang berbentuk pura. Pada saat itu juga umat Islam hanya membangun masjidnya, sedangkan umat Hindu membangun pagar masjidnya. Masjid GedHe Mataram juga memiliki makna filosofi yang kuat, menurut Warisman sebagai juru kunci di Masjid Gedhe Mataram Yogyakarta. Filosofi tersebut biasanya disebut dengan catur gatra tunggal, yang berarti empat wujud yang menjadi satu kesatuan yaitu keraton, masjid, alun-alun, dan pasar. Dari keempat itu, semuanya memiliki filosofi tersendiri. Dimulai dari masjid yang melambangkan simbol Ketuhanan Yang Maha Esa, keraton melambangkan sebagai simbol dari kepemimpinan, pasar merupakan simbol perwujudan dari keadilan dan kemakmuran, dan alun-alun yang melambangkan demokrasi. 

Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh Masjid Gede Mataram Kota Gede, yaitu atapnya yang berupa tajug sebagai lambang gantung bertumpang tiga bertempat dibangunan utama (liwan). Dan tidak hanya itu terdapat limasan pada bagian bangunan serambi dan powestren.

Pada kompleks masjid ini juga memiliki tiga pintu gerbang yang berbentuk paduraksa, berada pada sisi utara, timur dan selatan. Berdasarkan coraknya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat akulturasi dengan gaya arsitektur pra Islam yang sudah ada, khususnya pada percandian masa klasik. Tidak hanya itu, pada halaman Masjid Gedhe Mataram terdapat dua bangsal pecaosan dengan atap berbentuk limasan pada sisi sebelah utara dan sebelah selatan masjid. Selain itu, ada sebuah bangunan yang berbentuk seperti tugu jam yang didirikan pada masa Pakubuwana X. Hingga kini tugu jam yang berada di halaman masjid tersebut dapat membuat para jamaah dan peziarah tertarik hingga rela melihatnya dalam waktu yang lama, bahkan ada yang berfoto atau hanya mengabadikannya di kamera saja.

Secara arsitektural, keunikan pada bangunan utama Masjid Gedhe Mataram terdapat pada lima komponen ruang, yaitu:

a.        Kuncungan, salah satu akses utama menuju bagian dalam masuk masjid. Bangunan tersebut atau yang biasa dipanggil dengan sebutan kuncungan ini memiliki atap yang berbentuk kampong yang terdapat dua pilar dari struktur berbahan bata. Pada bagian gevel atap sisi timur masjid terdapat hiasan kaligrafi  serta dua angka tahun yakni 1856 dan 1926.

b.        Jagang, sebuah kolam kecil yang mengeilingi serambi di bagian sisi utara, selatan dan timur masjid. Awalnya jagang ini hanya dimanfaatkan sebagai pembatas atau batas suci. Kedalaman jagang itu sendiri sekitar 60 cm sedangkan dengan lebarnya sekitar 185 cm.

c.        Serambi masjid, yang mana pada masjid ini serambi dibedakan menjadi dua serambi yakni serambi bawah dan serambi atas. Serambi bawah terdapat pagar rendah yang berbatasan langsung dengan jagang. Sedangkan serambi atas dengan memiliki delapan tiang saka. Serambi ini yang menjadi ciri khas dari keunikan bangunan Masjid Gedhe Mataram karena memiliki atap yang berbentuk limasan sebagai bangunan yang terbuka  yang menyerupai pendopo.

d.       Bangunan induk, bangunan tersebut dibedakan menjadi dua bagian, yakni bangunan utama liwan yang memiliki denah persegi yang beratapkan tumpang susun tiga dengan empat buah sakaguru, yang mana dibagian liwan ini terdapat mihrab. Kemudian pada bangunan yang kedua terdapat ruangan di sisi bagian selatan liwan sebagai ruangan khusus bagi jama’ah wanita (pawestren).

e.        Tempat wudhu, berada di sebelah utara dan selatan masjid.

Tidak hanya itu saja yang membuat Masjid Gedhe Mataram ramai dikunjungi oleh banyak wisatawan dan peziarah. Pengunjung dari daerah Kotagede pun kerap mengunjungi hingga beribadah di masjid tersebut. Hal ini dikarenakan adanya makam-makam para raja/makam agung dari kerajaan Mataram Islam di samping masjid, salah satunya adalah Ki Gede Pemanahan, Panembahan Senopati, dan lain-lain. Bahkan area depan masjid memiliki keunikan tersendiri, hingga menarik banyak sekali pengunjung yang memanfaatkan pemandangan masjid untuk berbagai kegiatan.

 

(Penulis berfoto di Masjid Gedhe Mataram Kotagedhe)

Artikel ditulis oleh Iis Istiqamah

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Program Rutin yang dilakukan di Masjid Nurul Huda Kecamatan Nglipar

Masjid Nurul Huda dibangun sejak tahun 1955 dengan luas tanah 221 m2, beralamatkan di dusun Nglipar Lor, Desa Nglipar, Kecamatan Gunungkidul...