Foto kenampakkan Masjid UIN Sunan Kalijaga dari arah depan (sumber: dokumentasi pribadi penulis)
Assalamu’alaikum, Sobat Masjo!
Halo, apa kabs? Semoga Sobat Masjo semua senantiasa
dalam keadaan sehat wal ‘afiat dan dalam lindungan Allah SWT.
Kali ini Masjo bawa topik yang seru banget untuk
dibahas, khususnya buat kalian pecinta masjid, nih. Mungkin bagi yang pernah
berkunjung ke UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kalian bakal langsung ngeuh karena informasi masjid yang bakal
diulik pada artikel ini adalah salah satu bangunan kebanggaan anak-anak UIN
Suka. Yup, Masjid UIN Sunan Kalijaga atau biasa disebut dengan Laboratorium
Agama ini adalah masjid yang harus masuk wishlist
untuk Sobat Masjo dikunjungi, lho.
Berbicara soal sejarah, Masjid UIN Sunan Kalijaga
dibangun tepat setelah bencana gempa di Yogyakarta pada tahun 2006 terjadi.
Pembangunan dilaksanakan dalam jangka waktu selama tiga tahun, terhitung
dimulai pada sekitar tahun 2007 hingga 2010. Hingga akhirnya terbangunlah
tempat ibadah sekaligus pusat perkembangan pendidikan dan berbagai wadah
aktivitas milik UIN Sunan Kalijaga.
Lokasi dari masjid sendiri berada di titik sentral
antara gedung-gedung fakultas dan infrastruktur kampus, ini diperuntukkan
supaya Masjid UIN Sunan Kalijaga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan
menjadi titik bertemunya seluruh civitas akademika UIN Sunan Kalijaga. Hal ini
dikarenakan selain untuk beribadah bersama, Masjid UIN Sunan Kalijaga juga
menjadi pusat belajar bersama. Tidak hanya terjadi antara mahasiswa dengan
mahasiswa, tetapi juga dosen dan karyawan dari seluruh fakultas dan jurusan
yang ada di UIN Sunan Kalijaga. Disana mereka bisa saling berbagi ilmu dan
pengalaman, sehingga menciptakan integrasi dan interkoneksi yang kuat dari
berbagai bidang keilmuan, baik ilmu-ilmu umum maupun keagamaan. Sehingga
lahirlah pusat dari segala ilmu dan aktivitas yang bermanfaat untuk diri
sendiri dan sesama.
Nah, setelah membahas mengenai sejarah berdirinya
Masjid UIN Sunan Kalijaga, Masjo bakal share
ke kalian soal masjid ini dari segi arsitektur dan fasilitas apa saja yang ada
di dalamnya. Mengutip dari informasi yang dibagikan kepada publik, arsitektur
Masjid UIN Sunan Kalijaga memiliki makna dan filosofi tersendiri. Dari sisi
arsitektural, Masjid UIN Sunan Kalijaga memiliki tiga distinctive values, yaitu Islamicity,
locality, dan modernity.
Islamicity ini berkaitan dengan sisi keislamannya itu sendiri,
yaitu Masjid UIN Sunan Kalijaga berada pada posisi menghadap kiblat, berbeda
dengan bangunan masjid yang terdahulu, adapula tulisan-tulisan kaligrafi Arab
dari berbagai jenis (naskhi, rik’I, kufi,
tsulusi, diwani) yang mengandung pesan-pesan dari visi, misi dan tujuan UIN
Sunan Kalijaga. Selain itu, masjid ini juga memiliki tiga poin arsitektural;
selaras (tawazun), sederhana (basatah), dan teratur (murattabah).
Locality berkaitan dengan kebudayaan lokal yang coba
diterapkan dalam perancangan arsitektur Masjid UIN Sunan Kalijaga, yakni budaya
Jawa. Jika diperhatikan lebih mendalam, desain limasan yang digunakan masjid
ini ternyata mencerminkan unsur-unsur budaya Jawa, yaitu kepribadian dan
vitalitas. Selain itu, di belakang papan nama Masjid UIN Sunan Kalijaga
tertulis ungkapan dari Sunan Kalijaga itu sendiri yang berbunyi, “Hanglaras Ilining Banyu; Ngeli Hananging
Ora Keli”. Arti dari ungkapan tersebut ialah bahwa dalam mengarungi
kehidupan, manusia sebaiknya menjalani hidup seperti air yang mengalir; manusia
mengikuti air mengalir, tetapi manusia tidak boleh larut dan hanyut.
Modernity berkaitan dengan model kajian dan keilmuan yang
diterapkan di lingkungan UIN Sunan Kalijaga itu sendiri, yakni integrasi dan
interkoneksi antara keilmuan alam semesta dan keagamaan dengan tujuan untuk
tetap menjaga kesadaran mengenai lingkungan alam semesta (ekologis),
kebersamaan sosial (inklusif), dan nilai-nilai ekonomi.
“Menurut saya, kalo dari segi eksterior, sih, lebih
minimalis. Nggak keliatan besar, tapi pas masuk dan ngeliat interiornya
ternyata megah banget, besar, dan unik juga,” ungkap Salma, salah satu
pengunjung Masjid UIN Sunan Kalijaga ketika Masjo wawancarai.
Masjo sendiri awalnya agak terkecoh dengan desain masjid
yang Masjo kunjungi ini. Ketika kita masuk ke dalam masjid, banyak sekali
kumpulan mahasiswa-mahasiswi UIN Sunan Kalijaga, baik itu sedang berdiskusi
ataupun hanya duduk-duduk ngobrol di selasar. Suasananya yang adem dan luas,
membuat pengunjung masjid jadi betah berlama-lama di masjid. Apalagi fasilitas
yang tersedia di Masjid UIN Sunan Kalijaga juga tergolong lengkap, tidak hanya
untuk pengunjung biasa tetapi juga bagi para pengunjung disabilitas. Ada Kantin
Universitas, selasar, dekat dengan Convention
Hall, ada juga air mancur yang memiliki sembilan titik semburan, ruang
observatorium, dan tempat beribadah yang mampu menampung sekitar 4000 jamaah.
Masya Allah, hebat banget, kan?
Buat Sobat Masjo mau mengunjungi UIN Sunan Kalijaga,
jangan lupa untuk mampir dan merasakan pengalaman beribadah di masjidnya, ya!
Semoga kita selalu dipertemukan dan ditempatkan di
tempat yang diridhai Allah SWT.
Aamiin.
Ditulis
oleh Ayuni Rizkiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar