Minggu, 12 Juni 2022

Mengulik Masjid UIN Sunan Kalijaga dalam Kacamata Sejarah dan Arsitektural


Foto kenampakkan Masjid UIN Sunan Kalijaga dari arah depan (sumber: dokumentasi pribadi penulis)

Assalamu’alaikum, Sobat Masjo!

Halo, apa kabs? Semoga Sobat Masjo semua senantiasa dalam keadaan sehat wal ‘afiat dan dalam lindungan Allah SWT.

Kali ini Masjo bawa topik yang seru banget untuk dibahas, khususnya buat kalian pecinta masjid, nih. Mungkin bagi yang pernah berkunjung ke UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kalian bakal langsung ngeuh karena informasi masjid yang bakal diulik pada artikel ini adalah salah satu bangunan kebanggaan anak-anak UIN Suka. Yup, Masjid UIN Sunan Kalijaga atau biasa disebut dengan Laboratorium Agama ini adalah masjid yang harus masuk wishlist untuk Sobat Masjo dikunjungi, lho.

Berbicara soal sejarah, Masjid UIN Sunan Kalijaga dibangun tepat setelah bencana gempa di Yogyakarta pada tahun 2006 terjadi. Pembangunan dilaksanakan dalam jangka waktu selama tiga tahun, terhitung dimulai pada sekitar tahun 2007 hingga 2010. Hingga akhirnya terbangunlah tempat ibadah sekaligus pusat perkembangan pendidikan dan berbagai wadah aktivitas milik UIN Sunan Kalijaga.

Lokasi dari masjid sendiri berada di titik sentral antara gedung-gedung fakultas dan infrastruktur kampus, ini diperuntukkan supaya Masjid UIN Sunan Kalijaga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan menjadi titik bertemunya seluruh civitas akademika UIN Sunan Kalijaga. Hal ini dikarenakan selain untuk beribadah bersama, Masjid UIN Sunan Kalijaga juga menjadi pusat belajar bersama. Tidak hanya terjadi antara mahasiswa dengan mahasiswa, tetapi juga dosen dan karyawan dari seluruh fakultas dan jurusan yang ada di UIN Sunan Kalijaga. Disana mereka bisa saling berbagi ilmu dan pengalaman, sehingga menciptakan integrasi dan interkoneksi yang kuat dari berbagai bidang keilmuan, baik ilmu-ilmu umum maupun keagamaan. Sehingga lahirlah pusat dari segala ilmu dan aktivitas yang bermanfaat untuk diri sendiri dan sesama.

Nah, setelah membahas mengenai sejarah berdirinya Masjid UIN Sunan Kalijaga, Masjo bakal share ke kalian soal masjid ini dari segi arsitektur dan fasilitas apa saja yang ada di dalamnya. Mengutip dari informasi yang dibagikan kepada publik, arsitektur Masjid UIN Sunan Kalijaga memiliki makna dan filosofi tersendiri. Dari sisi arsitektural, Masjid UIN Sunan Kalijaga memiliki tiga distinctive values, yaitu Islamicity, locality, dan modernity.

Islamicity ini berkaitan dengan sisi keislamannya itu sendiri, yaitu Masjid UIN Sunan Kalijaga berada pada posisi menghadap kiblat, berbeda dengan bangunan masjid yang terdahulu, adapula tulisan-tulisan kaligrafi Arab dari berbagai jenis (naskhi, rik’I, kufi, tsulusi, diwani) yang mengandung pesan-pesan dari visi, misi dan tujuan UIN Sunan Kalijaga. Selain itu, masjid ini juga memiliki tiga poin arsitektural; selaras (tawazun), sederhana (basatah), dan teratur (murattabah).

Locality berkaitan dengan kebudayaan lokal yang coba diterapkan dalam perancangan arsitektur Masjid UIN Sunan Kalijaga, yakni budaya Jawa. Jika diperhatikan lebih mendalam, desain limasan yang digunakan masjid ini ternyata mencerminkan unsur-unsur budaya Jawa, yaitu kepribadian dan vitalitas. Selain itu, di belakang papan nama Masjid UIN Sunan Kalijaga tertulis ungkapan dari Sunan Kalijaga itu sendiri yang berbunyi, “Hanglaras Ilining Banyu; Ngeli Hananging Ora Keli”. Arti dari ungkapan tersebut ialah bahwa dalam mengarungi kehidupan, manusia sebaiknya menjalani hidup seperti air yang mengalir; manusia mengikuti air mengalir, tetapi manusia tidak boleh larut dan hanyut.

Modernity berkaitan dengan model kajian dan keilmuan yang diterapkan di lingkungan UIN Sunan Kalijaga itu sendiri, yakni integrasi dan interkoneksi antara keilmuan alam semesta dan keagamaan dengan tujuan untuk tetap menjaga kesadaran mengenai lingkungan alam semesta (ekologis), kebersamaan sosial (inklusif), dan nilai-nilai ekonomi.

“Menurut saya, kalo dari segi eksterior, sih, lebih minimalis. Nggak keliatan besar, tapi pas masuk dan ngeliat interiornya ternyata megah banget, besar, dan unik juga,” ungkap Salma, salah satu pengunjung Masjid UIN Sunan Kalijaga ketika Masjo wawancarai.

Masjo sendiri awalnya agak terkecoh dengan desain masjid yang Masjo kunjungi ini. Ketika kita masuk ke dalam masjid, banyak sekali kumpulan mahasiswa-mahasiswi UIN Sunan Kalijaga, baik itu sedang berdiskusi ataupun hanya duduk-duduk ngobrol di selasar. Suasananya yang adem dan luas, membuat pengunjung masjid jadi betah berlama-lama di masjid. Apalagi fasilitas yang tersedia di Masjid UIN Sunan Kalijaga juga tergolong lengkap, tidak hanya untuk pengunjung biasa tetapi juga bagi para pengunjung disabilitas. Ada Kantin Universitas, selasar, dekat dengan Convention Hall, ada juga air mancur yang memiliki sembilan titik semburan, ruang observatorium, dan tempat beribadah yang mampu menampung sekitar 4000 jamaah.

Masya Allah, hebat banget, kan?

Buat Sobat Masjo mau mengunjungi UIN Sunan Kalijaga, jangan lupa untuk mampir dan merasakan pengalaman beribadah di masjidnya, ya!

Semoga kita selalu dipertemukan dan ditempatkan di tempat yang diridhai Allah SWT.

Aamiin.

 

Ditulis oleh Ayuni Rizkiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Program Rutin yang dilakukan di Masjid Nurul Huda Kecamatan Nglipar

Masjid Nurul Huda dibangun sejak tahun 1955 dengan luas tanah 221 m2, beralamatkan di dusun Nglipar Lor, Desa Nglipar, Kecamatan Gunungkidul...