Senin, 04 April 2022

Sejarah Laboraturium Masjid UIN Sunan Kalijaga yang Didirikan Akibat Gempa

(Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga)

Pada awal pengembangan dan pembangunan kampus IAIN Sunan Kalijaga menjadi UIN Sunan Kalijaga tahun 2002-2003, UIN Sunan Kalijaga tidak merencanakan dan tidak ingin membangun masjid. Waktu itu pembangunan kampus yang didanai pemerintah lewat Islamic Development Bank (IDB), yang akan dibangun hanyalah gedung-gedung perkuliahan dan perkantoran. Sebagai ciri khas sekarang dan masa datang, Masjid IAIN Sunan Kalijaga tetap akan dipertahankan dan dilestarikan.

Namun, Tuhan mempunyai jalan lain. Pada bulan Mei tahun 2006, terjadi gempa yang dahsyat di Yogyakarta. Masjid yang hendak kita lindungi dan pertahankan tersebut, akhirnya rusak parah terkena gempa. Kemudian tim ahli independen dari ITB, UGM dan UNAIR, bangunan masjid tersebut dinyatakan tidak boleh dan tidak bisa digunakan lagi. Kurang lebih selama 4 tahun, warga kampus tidak memiliki masjid. Untuk sementara itu, gedung Multipurpose digunakan sebagai masjid. Warga kampus telah merindukan hadirnya sebuah masjid baru pascagempa 2006. Maka dari itu, dari tahun 2007 s.d. 2010 Masjid UIN Sunan Kalijaga dibangun kembali dengan dana APBN selama 3 tahun berturut-turut, yaitu tahun anggaran 2007, 2009, dan 2010.a

Letak dari Masjid UIN Sunan Kalijaga sendiri sangat strategis berada di tengah-tengah bangunan gedung perkantoran, fakultas, laboraturim, dan infrastruktur kampus lainnya. Masjid ini menjadi bangunan yang paling tampak dan menonjol bila dilihat dari berbagai sisi. Hal itu menunjukkan bahwa masjid adalah bangunan paling penting. Selain menjadi tempat untuk beribadah, masjid juga menjadi tempat belajar bersama, tempat bertemunya mahasiswa, dosen, dan karyawan dari 8 fakultas dan Program Pascasarjana. Dari masjid ini kita berharap upaya integrasi - interkoneksi bidang keilmuan dapat terwujud secara bertahap, mereka yang menekuni ilmu agama dapat belajar dari koleganya yang menekuni sains dan teknologi serta sosial dan humaniora, begitu juga sebaliknya, mereka yang menekuni sains, sosial dan humaniora juga mahir, dan cakap memahami keislaman secara komprehensif - menyeluruh.

Secara umum, laboratorium Agama/Masjid Sunan Kalijaga memiliki 3 fungsi dasar service center yaitu : Pertama, Sebagai pusat kegiatan ibadah dan keislaman, baik berupa dakwah, kajian, pelatihan, maupun layanan publik dalam bidang keislaman di lingkungan UIN Sunan Kalijaga yang didukung oleh sustainabilitas jangka panjang. Kedua, Sebagai pusat pengembangan dan kajian Core Values UIN Sunan Kalijaga, khususnya integrasi – interkoneksi keilmuan umum dan keislaman yang bermuatan nilai-nilai dedikatif-inovatif, inklusif dan continuous improvement. Ketiga, Sebagai pusat syi’ar UIN Sunan Kalijaga dalam bidang keislaman dan sosial kemasyarakatan guna meningkatkan distinctive competitiveness value institusi yang membawa kemaslahatan bagi masyarakat.

Sharing antarsivitas akademika sebagaimana yang ditulis diatas sangat mungkin terjadi, karena masjid juga dilengkapi dengan fasilitas bagi mereka untuk saling bertemu seperti Kantin Universitas yang sangat luas, selasar yang memanjang dan nyaman menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan utama masjid, Convention Hall (Di sebelah Barat bangunan Masjid) yang dapat menampung 500an orang, dilengkapi air mancur dengan 9 titik semburan, Observatium untuk melihat tata surya, dan lansekap yang harmonis. Dengan demikian, Masjid ini didesain untuk memudahkan sivitas akademika untuk melakukan hablum minallah, minan-nas, dan minal ‘alami. Masjid juga didesain untuk menampung jamaah dengan jumlah besar kurang lebih 4000 orang.

Artikel ditulis oleh Siti Rohaena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Program Rutin yang dilakukan di Masjid Nurul Huda Kecamatan Nglipar

Masjid Nurul Huda dibangun sejak tahun 1955 dengan luas tanah 221 m2, beralamatkan di dusun Nglipar Lor, Desa Nglipar, Kecamatan Gunungkidul...