(Ustad Abu Umair saat
menyampaikan materi Amalan pembersih jiwa di Live Youtube Nurul ‘Ashri)
Ramadhan adalah salah satu bulan yang dipenuhi keberkahan dimana umat muslim akan
berjejal untuk mendapatkan pahala dan keberkahan dari bulan suci ini. Masjid
Nurul Ashri atau yang dikenal sebagai Masjid Nurash rutin mengadakan kajian sore menjelang berbuka puasa setiap harinya
Masjid ini dipenuhi dengan jemaah yang didominasi oleh kaum milenial, bagaimana
tidak, jika isi ceramah kajian yang sering kali terasa relate dengan
kehidupan kita, disamping itu di Masjid ini juga sering mengadakan takjil gratis,
dari sini kita sudah bisa melihat banyak keberkahan dalam menjalani bulan
Ramadhan ini. Pada tanggal 28 April 2022 di Masjid Nurul ‘Ashri melangsungkan
Kajian yang diisi ceramah oleh Ustad Abu Umair, B.A., M.Pd dengan tema “Amalan-amalan Pembersih Jiwa” Kajian ini berlangsung khidmat baik secara
offline maupun online (live youtube) hingga akhir ceramah.
Di awal pembahasan, ustad Abu Umair
memberikan sepenggal kisah mengenai seorang Mukhti atau pemberi fatwa di Saudi
Arabia, beliau tidak bisa melihat tetapi bisa menjadi seorang mukhti hingga
berhasil menghafal banyak hadist tanpa membuka buku. Lantas apa yang dilakukan
oleh mukhti tersebut?
Ia melakukan muhasabah..
Sebagaimana
yang terdapat dalam Qs. Al-Hasyr ayar 18, yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya:
“wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah maha teliti apa yang
kamu kerjakan”
Ustad Abu Umair menjabarkan ayat ini
dengan diibaratkan kita berdandan, sebelum pergi keluar rumah, seperti membenarkan
penampilan, menghias wajah, menambah wewangian dan lain sebagainya. Hal-hal
tersebut adalah salah satu bentuk dari bermuhasabah, namun niat bermuhasabah
disini adalah untuk manusia sendiri, sedangkan dalam ayat tersebut memaparkan
tentang bermuhasabah kepada Allah SWT. Muhasabah sendiri memiliki arti
menghisab (mengevaluasi) diri sendiri. Namun terkadang kita masih bingung bagaimana
cara kita mengetahui apakah kita sudah bermuhasabah kepada Allah SWT atau
bahkan belum?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita perlu mengoreksi dan
melihat kembali apakah ibadah yang kita lakukan baik secara kualitas dan
kuantitas sudah dilakukan dengan sesuai syariat yang diajarkan atau masih
banyak yang tertiggal, karena akan banyak sekali kemaslahatan yang didapatkan
dari bermuhasabah kepada Allah SWT.
Dalam ceramahnya, ustad Abu Umair
menguraikan sekurang-kurangnya 4 manfaat yang akan didapatkan dari bermuhasabah
kepada Allah SWT. Diantaranya adalah mengingat hari akhir. Karena dalam tafsir
Qs. Al-Hasyr ayat 18 tersebut para ulama sepakat hari esok disana adalah hari
kiamat, maka pertanyaannya apa yang sudah kita persiapkan untuk hari kiamat?
Pada hakikatnya di hari akhir nanti
tidak akan ada orang yang bisa mengelak suatu perbuatanpun, tidak bisa
berbicara dan tidak bisa meminta untuk diturunkan hukumannya seperti hukum
pengadilan di dunia, yang bisa kita lakukan pada saat hari itu terjadi adalah
diam dan menerima segala konsekuensinya. Segala kebaikan dan keburukan sekecil
apapun akan Allah temukan dan akan Allah bukakan. Maka dari itu kita perlu
memperbanyak berdo’a dan dimintai ampunan serta ditutup segala dosa dan aib. Beliau
juga menyebutkan setidaknya aka nada 4 fase kehidupan (Nutfah, Rahim, Dunia dan
Yaumul Barzah). Sebaik-baiknya orang adalah orang yang mempersiapkan diri untuk
menghadapi Yaumul Barzah, karena dalam yaumul barzah akan menjadi proses yang Panjang
yang kita sendiri tidak ketahui seberapa lama kita berada disana. Namun
kebanyakan dari kita yang baru menghadapi fase ke 3 dan sudah terbelenggu oleh
kehidupan dunia.
Manfaat muhasabah yang kedua adalah
mendapat petunjuk sebagaimana dalam Qs. Alfatihah ayat 6:
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ
Artinya : “tunjukilah kami jalan yang lurus”
Dalam penjabaran yang dipaparkan
Ustad Abu Umair menyatakan bahwa Ihdina sirotol mustaqim disini terbagi
2 makna ‘ala dan ilaa, kalau ilaa itu beristiqomah, berisqiomah dijalan yang
lurus, Ketika kita sudah sadar bahwa bulan Ramadhan akan segera berakhir tentu
kita dianjurkan untuk beristiqomah dalam beribadah, meskipun sudah bulan
Ramadhan namun ibadah yang tadinya dilaksanakan akan tetap berjalan linear. sedangkan
‘ala adalah berhijrah. Makna disini melakukan ibadah hari ini lebih baik dari
kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Hal ini tertu lebih baik dari
perbuatan apapun.
Manfaat yang ketiga adalah mengobati
hati yang sakit, karna sesungguhnya penyakit hati yang besar adalah bermaksiat
kepada Allah SWT.
Dan yang terakhir manfaat ke empat
adalah terhindar dari sikap takabur (sombong) takabur terbagi menjadi 2:
a. Menolak kebenaran, apabila seseorang
diberitahu tentang kebenaran ia menolaknya makai a termasuk golongan orang yang
sombong.
b. Merendahkan orang, dalam kasus dizaman
sekarang ini arti kata takabur sama dengan tindakan membully orang lain.
seperti dalam Qs al humazah ayat 1 :
وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍۙ
Artinya
: “celakalah bagi setiap pengumpat atau pencela”
Dalam Qs Al-Humazah ini sudah sangat
jelas orang yang sombong dengan cara mencela (membully) akan celaka.
Siksaan yang amat pedih akan dirasakan di alam Neraka Hutamah bagi orang yang
terbiasa mencela orang lain dengan isyarat ataupun suka membicarakan aib orang
lain lalu menghinakannya.
Naudzubillahi
min Dzalik, tsumma Naudzubillah…
Semoga kita semua dijauhkan dari sikap-sikap tercela tersebut dan senantiasa
berada dalam ridho dan lindungan Allah SWT. Aamiin Ya Robbal aalamiin
Ditulis oleh Syadatul Ummah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar