Foto dokumentasi bersama Pakde Ismu
(sumber: dokumentasi pribadi penulis)
Assalamu’alaikum,
Sobat Masjo!
Kali ini Masjo mau berbagi kisah inspiratif lagi, nih!
Masih datang dari Masjid Nurul Ashri karena, Masya Allah, banyak banget hal yang bisa Masjo ulik kisahnya untuk
dibagikan ke Sobat Masjo semua.
Dibangun sejak tahun 1976, Masjid Nurul Ashri kian berkembang
semakin pesat menebarkan manfaat bagi umat. Dulu, masjid ini tergolong tempat
ibadah yang eksklusif yang kegiatannya masih sangat dibatasi, dimana hanya
mampu menampung sekitar 20 jamaah. Kemudian, pada sekitar tahun 1982-an
dilakukanlah renovasi untuk pertama kalinya, hingga akhirnya masjid mampu
menampung 100 jamaah. Dikategorikan sebagai masjid eksklusif karena pada saat
itu Masjid Nurul Ashri hanya dibuka ketika masuk waktu-waktu sholat saja.
Pada awal-awal berdirinya Nurash, singkatan yang biasa
digunakan merujuk pada Masjid Nurul Ashri, kepengurusan harian dibawahi oleh
Mas Dodi Abdullah. Beliau yang membawahi setiap kegiatan yang berjalan di
masjid tersebut, baik itu berupa kajian hingga masalah kebersihan. Namun,
seiring berjalannya waktu, tepatnya setelah beliau menikah di Sidoarjo,
kepengurusan Nurash diamanatkan kepada orang lain.
Pakde Ismu, begitu beliau dipanggil
oleh orang-orang. Beliau merupakan salah satu takmir senior yang berkecimpung
mengurusi Masjid Nurul Ashri, terutama setelah diamanati secara langsung untuk
menggantikan Mas Dodi Abdullah. Terhitung sejak tahun 2006, Pakde Ismu bersama
dengan Pak Barno mewakafkan tenaga
dan pikirannya untuk membantu Masjid Nurul Ashri tetap hidup dan berkembang
hingga sekarang.
Pakde Ismu menyebutkan bahwa seiring pertumbuhan
Nurash yang semakin besar, beliau dan takmir lain mulai kewalahan, hingga
akhirnya memutuskan untuk menarik mahasiswa-mahasiswa yang mau turut mengurusi
masjid. Kumpulan mahasiswa inilah yang nantinya dipanggil sebagai Relawan
Masjid. Mereka membantu dalam tanggung jawab kebersihan dan berbagai kegiatan
yang ada di masjid. Sekitar tahun 2010-an, perkembangan dan pemikiran para
relawan yang progresif, lahirlah berbagai program-program di Masjid Nurul
Ashri, seperti Baitul Mal, Berkah Bareng, Kajian Senin-Kamis, Kamus, dan
program lainnya yang masih berjalan sampai sekarang.
Ketika diwawancarai pada tanggal 27 Mei kemarin, Pakde
Ismu menceritakan dari awal bagaimana beliau menyetujui diamanati untuk
mengurus Nurash, dengan catatan bahwa beliau hanya ingin mengurusi urusan rumah
tangga Masjid Nurul Ashri, tidak ingin menjadi ketua takmir dan sejajarnya. Hal
ini dikarenakan dari awal Pakde Ismu mulai ikut andil mengurusi Masjid Nurul
Ashri, beliau hanya ingin mengharapkan ridha Allah SWT. Bahkan semua hal itu
berangkat dari keprihatinan beliau saat melihat keadaan masjid yang tidak
benar-benar memenuhi kebutuhan umat. Selama kurang lebih 16 tahun, beliau setia
bekerja dalam ibadah hanya demi mengharap ridha Allah SWT melalui Masjid Nurul
Ashri.
“Setiap ibadah itu bukan dinilai dari tinggi tidaknya
jabatan,” tutur Pak Ismu.
Selain berkunjung secara rutin ke Nurash untuk sekedar
bantu-bantu membersihkan masjid, beliau juga bekerja sebagai suplier alat-alat
kesehatan. Akan tetapi, semenjak pandemi Covid-19 berlangsung, beliau agak
menarik diri dari pekerjaan tersebut karena merasa pekerjaannya itu akan
menjerumuskan beliau pada hal-hal yang tidak baik. Alasan ini terasa masuk akal
jika kita refleksikan dengan fenomena-fenomena yang terjadi selama masa
pandemi.
Pasti Sobat Masjo juga tidak asing kalau mendengar
berita tentang penimbunan alat-alat kesehatan seperti tabung oksigen dan
masker, kan? Karena oknum-oknum tersebut ingin memanfaatkan keadaan umat yang
sedang sekarat demi kepentingannya sendiri. Nah, Pakde Ismu tidak mau kalau
beliau sampai tergiur atau terjerumus hal-hal tersebut. Makanya, membatasi
pekerjaan beliau sebagai suplier alat-alat kesehatan adalah salah satu jalan
yang beliau tempuh untuk menghindarinya. Pakde Ismu mengatakan bahwa dirinya
tidak ingin bekerja berorientasi pada materi semata, namun justru menganggapnya
sebagai ibadah. Beliau tetap yakin bahwa selama kita bergerak dan mau bekerja
sekecil apapun itu, Allah SWT akan tetap memberikan rejeki bagi hamba-Nya yang
mau berusaha.
Diakhir sesi wawancara bersama Pakde Ismu, Masjo
sempat bertanya mengenai harapan beliau kedepannya untuk Masjid Nurul Ashri,
terutama bagi para relawan yang saat ini membantu beliau mengurus masjid.
Harapan Pakde Ismu cukup sederhana, beliau hanya ingin masjid tidak hanya
sebagai tempat peribadatan dan pengkajian tentang Islam saja, tetapi juga
seharusnya bisa dijadikan sebagai pusat pendidikan dan kesejahteraan umat.
Secara spesifik beliau menyebutkan bahwa ia berharap nantinya akan lahir
amal-amal usaha masjid yang bisa menghidupi para relawan dan umat, serta tidak
menggantungkan nasib hanya dari sedekah para donatur saja.
MasyaAllah,
semoga kita
senantiasa berada dalam ridha-Nya dan harapan Pakde Ismu bisa segera terwujud.
Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar