Minggu, 12 Juni 2022

Mengejar Ridha’ Allah SWT; Sebuah Perjalanan Singkat yang Panjang

Foto dokumentasi bersama Pakde Ismu (sumber: dokumentasi pribadi penulis)

Assalamu’alaikum, Sobat Masjo!

Kali ini Masjo mau berbagi kisah inspiratif lagi, nih! Masih datang dari Masjid Nurul Ashri karena, Masya Allah, banyak banget hal yang bisa Masjo ulik kisahnya untuk dibagikan ke Sobat Masjo semua.

Dibangun sejak tahun 1976, Masjid Nurul Ashri kian berkembang semakin pesat menebarkan manfaat bagi umat. Dulu, masjid ini tergolong tempat ibadah yang eksklusif yang kegiatannya masih sangat dibatasi, dimana hanya mampu menampung sekitar 20 jamaah. Kemudian, pada sekitar tahun 1982-an dilakukanlah renovasi untuk pertama kalinya, hingga akhirnya masjid mampu menampung 100 jamaah. Dikategorikan sebagai masjid eksklusif karena pada saat itu Masjid Nurul Ashri hanya dibuka ketika masuk waktu-waktu sholat saja.

Pada awal-awal berdirinya Nurash, singkatan yang biasa digunakan merujuk pada Masjid Nurul Ashri, kepengurusan harian dibawahi oleh Mas Dodi Abdullah. Beliau yang membawahi setiap kegiatan yang berjalan di masjid tersebut, baik itu berupa kajian hingga masalah kebersihan. Namun, seiring berjalannya waktu, tepatnya setelah beliau menikah di Sidoarjo, kepengurusan Nurash diamanatkan kepada orang lain.

Pakde Ismu, begitu beliau dipanggil oleh orang-orang. Beliau merupakan salah satu takmir senior yang berkecimpung mengurusi Masjid Nurul Ashri, terutama setelah diamanati secara langsung untuk menggantikan Mas Dodi Abdullah. Terhitung sejak tahun 2006, Pakde Ismu bersama dengan Pak Barno mewakafkan tenaga dan pikirannya untuk membantu Masjid Nurul Ashri tetap hidup dan berkembang hingga sekarang.

Pakde Ismu menyebutkan bahwa seiring pertumbuhan Nurash yang semakin besar, beliau dan takmir lain mulai kewalahan, hingga akhirnya memutuskan untuk menarik mahasiswa-mahasiswa yang mau turut mengurusi masjid. Kumpulan mahasiswa inilah yang nantinya dipanggil sebagai Relawan Masjid. Mereka membantu dalam tanggung jawab kebersihan dan berbagai kegiatan yang ada di masjid. Sekitar tahun 2010-an, perkembangan dan pemikiran para relawan yang progresif, lahirlah berbagai program-program di Masjid Nurul Ashri, seperti Baitul Mal, Berkah Bareng, Kajian Senin-Kamis, Kamus, dan program lainnya yang masih berjalan sampai sekarang.

Ketika diwawancarai pada tanggal 27 Mei kemarin, Pakde Ismu menceritakan dari awal bagaimana beliau menyetujui diamanati untuk mengurus Nurash, dengan catatan bahwa beliau hanya ingin mengurusi urusan rumah tangga Masjid Nurul Ashri, tidak ingin menjadi ketua takmir dan sejajarnya. Hal ini dikarenakan dari awal Pakde Ismu mulai ikut andil mengurusi Masjid Nurul Ashri, beliau hanya ingin mengharapkan ridha Allah SWT. Bahkan semua hal itu berangkat dari keprihatinan beliau saat melihat keadaan masjid yang tidak benar-benar memenuhi kebutuhan umat. Selama kurang lebih 16 tahun, beliau setia bekerja dalam ibadah hanya demi mengharap ridha Allah SWT melalui Masjid Nurul Ashri.

“Setiap ibadah itu bukan dinilai dari tinggi tidaknya jabatan,” tutur Pak Ismu.

Selain berkunjung secara rutin ke Nurash untuk sekedar bantu-bantu membersihkan masjid, beliau juga bekerja sebagai suplier alat-alat kesehatan. Akan tetapi, semenjak pandemi Covid-19 berlangsung, beliau agak menarik diri dari pekerjaan tersebut karena merasa pekerjaannya itu akan menjerumuskan beliau pada hal-hal yang tidak baik. Alasan ini terasa masuk akal jika kita refleksikan dengan fenomena-fenomena yang terjadi selama masa pandemi.

Pasti Sobat Masjo juga tidak asing kalau mendengar berita tentang penimbunan alat-alat kesehatan seperti tabung oksigen dan masker, kan? Karena oknum-oknum tersebut ingin memanfaatkan keadaan umat yang sedang sekarat demi kepentingannya sendiri. Nah, Pakde Ismu tidak mau kalau beliau sampai tergiur atau terjerumus hal-hal tersebut. Makanya, membatasi pekerjaan beliau sebagai suplier alat-alat kesehatan adalah salah satu jalan yang beliau tempuh untuk menghindarinya. Pakde Ismu mengatakan bahwa dirinya tidak ingin bekerja berorientasi pada materi semata, namun justru menganggapnya sebagai ibadah. Beliau tetap yakin bahwa selama kita bergerak dan mau bekerja sekecil apapun itu, Allah SWT akan tetap memberikan rejeki bagi hamba-Nya yang mau berusaha.

Diakhir sesi wawancara bersama Pakde Ismu, Masjo sempat bertanya mengenai harapan beliau kedepannya untuk Masjid Nurul Ashri, terutama bagi para relawan yang saat ini membantu beliau mengurus masjid. Harapan Pakde Ismu cukup sederhana, beliau hanya ingin masjid tidak hanya sebagai tempat peribadatan dan pengkajian tentang Islam saja, tetapi juga seharusnya bisa dijadikan sebagai pusat pendidikan dan kesejahteraan umat. Secara spesifik beliau menyebutkan bahwa ia berharap nantinya akan lahir amal-amal usaha masjid yang bisa menghidupi para relawan dan umat, serta tidak menggantungkan nasib hanya dari sedekah para donatur saja.

MasyaAllah, semoga kita senantiasa berada dalam ridha-Nya dan harapan Pakde Ismu bisa segera terwujud.

Aamiin.

 Ditulis oleh Ayuni Rizkiyah

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Program Rutin yang dilakukan di Masjid Nurul Huda Kecamatan Nglipar

Masjid Nurul Huda dibangun sejak tahun 1955 dengan luas tanah 221 m2, beralamatkan di dusun Nglipar Lor, Desa Nglipar, Kecamatan Gunungkidul...