Jumat, 22 April 2022

Ketika Semut Mengajarkan Kebaikan, Hikmah Apa yang Kita Dapatkan?



(Ustadz Rahmadi saat menyampaikan materi pembuka pada Kabuma di Live Youtube Nurul ‘Ashri)

Menyebarkan kebaikan merupakan amal berkelanjutan yang dilakukan oleh Masjid Nurul ‘Ashri. Bulan puasa kali ini, Masjid Nurul ‘Ashri secara kontinu menggelar kajian rutin bernama Kabuma, yaitu Kajian Buka Bersama. Pada 12 April 2022, Kabuma diisi ceramah penuh makna oleh Ustadz Rahmadi Wibowo, Lc. Pembahasan pada Kabuma tersebut adalah mengenai semut, salah satu hewan yang disebut di dalam Al-Qur’ran, bahwa ternyata begitu banyak hikmah yang bisa kita pelajari dari binatang tersebut.

Al-Qur’an adalah mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada umat Islam, dimana terkandung di dalamnya petunjuk dan pedoman hidup yang dapat mengantarkan kita pada kehidupan akhirat yang penuh rahmat-Nya. Sebagai makhluk hidup yang diberi akal, menyelami makna-makna Al-Qur’an adalah bentuk rasa syukur kita terhadap pemberian-Nya. Banyak kisah-kisah umat terdahulu yang bisa kita ambil pelajarannya, hingga hikmah-hikmah lain yang bisa membuat kita menjadi hamba Allah SWT yang lebih baik lagi.

Setiap surat dan ayat dalam Al-Qur’an ialah penuh makna, bahkan beberapa diantaranya memang dikhususkan untuk mengisahkan makhluk-makhluk ciptaan-Nya, salah satunya yaitu QS.An-Naml. Secara bahasa, An-Naml diartikan sebagai semut. Ustad Rahmadi membahas tiga ayat dalam Surat An-Naml yang terkhusus menceritakan kisah tentang semut, binatang yang menjadi umat dari Nabi Sulaiman, yaitu pada ayat 17, 18, dan 19.

Dalam QS.An-Naml ayat 17 yang berbunyi:

وَالطَّيْرِ وَالْاِنْسِ الْجِنِّ مِنَ جُنُوْدُهٗ لِسُلَيْمٰنَ وَحُشِرَ

يُوْزَعُوْنَ فَهُمْ

Artinya: “Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib.”

Ustadz Rahmadi menjabarkan ayat ini mencoba menjelaskan bahwa umat dari Nabi Sulaiman bukan hanya berasal dari kalangan manusia saja, melainkan juga beberapa makhluk ciptaan Allah SWT lain, bahkan hingga makhluk yang berbeda alam. Tidak mengherankan apabila semut pun turut menjadi salah satu umat Nabi Sulaiman.

Kemudian pada QS. An-Naml ayat 18:

النَّمْلُ يّٰٓاَيُّهَا نَمْلَةٌ قَالَتْ النَّمْلِۙ وَادِ عَلٰى اَتَوْا اِذَآحَتّٰىٓ

وَهُمْ وَجُنُوْدُهٗۙ سُلَيْمٰنُ يَحْطِمَنَّكُمْ لَا مَسٰكِنَكُمْۚ ادْخُلُوْا

 يَشْعُرُوْنَ لَا

Artinya: “Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”

Ayat 18 ini menjelaskan suatu peristiwa ketika Nabi Sulaiman bersama rombongannya sedang melakukan perjalanan, hingga ketika tiba di sebuah sarang semut, ia mendengar salah satu semut berseru pada kawanannya agar menghindar dan masuk ke sarang agar mereka tidak terinjak, karena bisa saja rombongan Nabi Sulaiman tidak mengetahui keberadaan semut-semut itu disana.

“Kalo kita tahu disitu ada bahaya, kamu harus memberitahu juga disitu ada bahaya kepada orang lain,” ungkap Ustadz Rahmadi.

Agama Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk memberikan kebaikan kepada sesama. Kisah semut yang diceritakan pada QS. An-Naml ayat 18 tersebut menunjukkan bahwa ketika satu semut mengetahui bahwa akan ada bahaya yang mengancam, ia dengan segera memberitahukan hal tersebut kepada kawanannya agar semua semut bisa selamat dari injakkan manusia-manusia yang tidak sengaja melintas melewati sarangnya.

“Cabang iman, salah satunya menyingkirkan sesuatu yang berbahaya di jalan, supaya orang lain tidak celaka. Jika sesuatu tersebut tidak bisa dipindahkan, maka setidaknya beritahukan kepada yang lain,” tambahnya.

Semut berpikir apabila mereka terinjak pun, pastilah itu terjadi karena sebuah ketidaksengajaan dan ketidaktahuan rombongan Nabi Sulaiman sebab tubuh semut yang kecil. Ustadz Rahmadi menjelaskan pada bagian ini menunjukkan bahwa semut mengajarkan untuk senantiasa berprasangka baik/positif/husnudzon terhadap sesama.

Lalu, pada QS. An-Naml ayat 19:

رَاَشْكُ اَنْ اَوْزِعْنِيْٓ رَبِّ وَقَالَ قَوْلِهَا مِّنْ ضَاحِكًا فَتَبَسَّمَ

 اَعْمَلَ وَاَنْ وَالِدَيَّ وَعَلٰى عَلَيَّ اَنْعَمْتَ الَّتِيْٓ نِعْمَتَك

 عِبَادِكَ فِيْ بِرَحْمَتِكَ وَاَدْخِلْنِيْ تَرْضٰىهُ صَالِحًا

الصّٰلِحِيْنَ

Artinya: “Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

Dari beberapa tafsir yang menjelaskan kandungan dari QS. An-Naml ayat 19, ketika Nabi Sulaiman mendengar perkataan semut tersebut, ia berdoa kepada Allah SWT dengan mengucapkan rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya (memahami bahasa hewan) dan meminta kepada-Nya agar diberikan kebahagiaan yang abadi di akhirat nanti. Ini adalah hal yang patut dicontoh dari sikap Nabi Sulaiman, yakni berdoa dan bersyukur setiap mendapatkan nikmat Allah SWT dan tidak bersikap mengingkari nikmat-Nya.

(Potret Ustadz Rahmadi saat menjelaskan kandungan dari QS. An-Naml mengenai kebaikan semut)

Melalui QS. An-Naml ini kita bisa belajar beberapa hal dari hewan sekecil semut, diantaranya senantiasa menyebarkan kebaikan kepada sesama, tidak mudah suudzon atau berburuk sangka atas sikap atau perilaku orang lain, dan meniru sikap Nabi Sulaiman yang senantiasa bersyukur atas segala nikmat-Nya. Hal-hal seperti inilah yang perlu kita terapkan dalam kehidupan kita.

Pada dasarnya Al-Qur’an selalu bisa dijadikan sebagai ibrah bagi mereka yang mau membaca dan mempelajarinya, kita bisa mendapatkan banyak pelajaran dari kisah-kisah yang tertulis dalam Al-Qur’an, salah satunya kisah semut dalam QS. An-Naml ini. Untuk menyadarkan diri kita agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Semoga Allah SWT selalu membimbing kita untuk mau dan bisa memahami, serta mengamalkan hikmah dari Al-Qur’an.

Aamiin.


Artikel ditulis oleh Ayuni Rizkiyah

Rabu, 20 April 2022

Ukhuwah Bineka Tunggal Ika

 


(Ar Rasyid Fajar selaku pemateri)

Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender hijriah, pada bulan ramdhan, seluruh umat muslim seluruh dunia melakukan ibadah puasa, dan memperingati wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad menurut keyakinan umat muslim. 

Waktu puasa tersebut yaitu dari dari pagi waktu imsyak sampai magrib waktu petang, dimana seluruh umat muslim dilarang makan, minum, ataupun berhubungan badan. Selain itu umat muslim tersebut diperintahkan untuk menghindari perbuatan dosa dan menyempurnakan pahala ramdhan, yang biasanya diikuti dengan memperbanyak berdzikir, membaca alquran, mengaji bahkan kajian atau pengajian.

Pada bulan puasa alahkan baiknya jika diisi dengan amalan amalan yang baik, selain sholat dan puasa sebagai kewajiban, pengajian waktu bulan puasa juga menjadi hal bagus dan sunah bagi umat muslim, karena bulan ramdhan ini bulan yang baik bagi umat muslim seluruh dunia.

Lesehan ramadhan merupakan agenda rutin di masjid Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kajian sore sehabis solat ashar ini dilaksanakan di masjid UIN sunan Kalijaga secara lesehan. Acara ini berakhir jalang waktu berbuka puasa. kegiatan ini terbuka untuk umum. Selain kalangan mahasiswa dan pegawai kampus, juga masyarakat umum.

Kamis, 14 april 2022 pemateri pengajian disampaikan oleh AR Rasyid fajar dia membahas tentang Ukhuwah Bhineka Tunggal Ika, dia adalah Mahasiswa ilmu hadis 17 / kader LDK UIN sunan kalijaga. Acara ini merupakan kegiatan rutin selama bulan Ramdhan, pemateripun secara berkala berganti dari internal UIN sunan kalijaga dengan tokoh tokoh nasional. 

Dengan tema Ukhuwah Bhineka Tunggal Ika Ar Rasyid Fajar menjelaskan pokok pokok yang dibahas antara lain Tahun dimana Rosulullah hijrah ke madinah dimana momen tersebut itu yaitu salah satu hal yang paling spektakuler dimana Rosulullah pertama kali mempersatukan atau mempersaudarakan kelompok berbeda yaitu kaum muhajirin dan kaum ansor yang tentu masing masing itu mempunyai latar belakang berbeda punya kultur yang berbeda, mempersatukan kaum muhajirin dan ansor diatas prinsip kebenaran, persamaan, dan hak saling mewarisi setelah mati adalah langkah yang ditempuh rosulullah berikutnya, ikatan persaudaraaan mereka lebih kuat dari pada ikatan nasab dan kekerabatan, sehabis itu rosulullah menyusun piagam madinah juga dikenal dengan sebutan konstitusi madinahnyang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suka suku dan kaum kaum penting di yastrib. Piagam madinah ini diakui bahkan dari umat umat diluar islam bahwa piagam madinah tersebut merupakan salah satu konstitusi modern di eranya, di dalam piagam madinah tersebut kita diajarkan bahwa kita hidup itu sudah bisa berdampingan, disini kita paahami bahwa rosulullah melihat perbedaan sebagai peluang peluang untuk mempersaudarakan bukan peluang untuk kita pecah belah atau bukan peluang untuk kita pantik api permusuhan, karena perbedaan adalah alasan terkuat untuk adanya persatuan. Selain itu kita juga wajib bersyukur kepada para pendahulu bangsa kita para pemimpin bangsa kita di era kemerdekaan Indonesia mereka memilih Garuda pancasila yang ada tulisanya Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda beda tetapi tetap satu, semangat berbeda beda tetapi tetap satu ini bisa dikatakan memiliki spirit yang sama dengan spirit ukhuwah persaudaraan yang diajarkan rosulullah Muhammad SAW. Selain itu kita sebagai warga negara Republik Indonesia juga harus rukun tetanggan, ayo kita harus menjaga persaudaraan itu, karena mau bagaimanapun kita nanti kalau ada bahaya ataupun apa yang kita juga butuh tetangga. (ungkap mas Ar rasyid fajar)




Ditulis oleh Dana Fikri Ikromi 



Selasa, 19 April 2022

Kajian Lesehan Ramadhan Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga : Ruang Intelektual Mahasiswa


(Kegiatan kajian sedang berlangsung di ruang utama masjid UIN Sunan Kalijaga)

Ramadhan 1443 Hijriah menjadi momen membahagiakan bagi Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga. Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga bersama dengan Sahabat Masjid kembali melaksanakan kegiatan rutin tahunan Ramadhan Bil Jamiah secara offline, setelah diterpa oleh arus pandemi lebih dari dua tahun. Walaupun masih terbatas, namun kegiatan yang dilaksanakan bisa dikatakan lancar. Di antara kegiatannya adalah kajian lesehan selama 15 hari pada awal Ramadhan. Tentu saja, disediakan hidangan berbuka puasa untuk para jamaah yang hadir, loh!

Kajian lesehan Ramadhan merupakan kegiatan rutin dan pasti ada setiap tahunnya. Namun selama pandemi, kajian dialihkan menjadi online karena mahasiswa masih melaksanakan kuliah jarak jauh (daring).

Embel-embel “Laboratorium” menjadi ciri khas tersendiri bagi masjid kampus, karena menjadi sentral kegiatannya mahasiswa. Tidak hanya sebagai tempat untuk beribadah ritual, Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga juga menjadi ruang intelektual civitas akademika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tidak hanya dosen yang menjadi pengisi kajian lesehan, namun Laboratorium Agama juga memberikan ruang kepada organisasi-organisasi kemahasiswaan khususnya yang berorientasi pada dakwah untuk menjadi pengisi. Di antaranya adalah Kordiska, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan Lembaga Dakwah Kampus. Dengan begitu tema-tema yang diusung pun tidak akan jauh dari pengkomparasian keilmuan Islam dan sains.

Kajian teoritis ilmu umum turut mewarnai lesehan Ramadhan. Dapat ilmu akhirat, tapi berasa kuliah juga pada akhirnya. Pengisi kajian pun memberikan kesempatan diskusi untuk para peserta, yang notabene sebagian besar adalah mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Ruang intelektual sekali, bukan?

Di antara tema-tema yang diangkat adalah : Menjadi Mahasiswa UIN Suka Unggul dan Bermanfaat, Fenomena Hitungan Jawa Menurut Agama dan Sains, Ngaji Makam Kuno di Jogja, Toleransi dan Humanis Berwawasan Kebangsaan, Sejarah Islam, Apa Saya Punya Dosa?, Filsafat Kebahagiaan, Filsafat Ekonomi Islam, Menghitung Pahala Sedekah Perspektif Sains dan Agama, Kemunduran Sarjana Muslim dalam Keilmuan Sains, Menjadi Warga Digital yang Cerdas dan Berakhlak Mulia, Bedah Buku “Yesuit dan Muslim”, Ukhuwah Bhinneka Tunggal Ika, dan Merespon Ikhtilaf menjadi Perekat Ummat.

Tentu, Laboratorium Agama menjadi salah satu ruang untuk menerapkan visi integrasi interkoneksi yang digaungkan oleh UIN Sunan Kalijaga. Maka dari itu, kontribusi dalam menyemarakkan Ramadhan di kampus selain berupaya menghadirkan kegiatan yang meningkatkan religiusitas mahasiswa, juga menjadi pereda dahaga akan ilmu-ilmu lainnya.

Antusiasme yang tinggi membuat kajian lesehan tersebut memiliki warna tersendiri. Senang sekali ketika Laboratorium Agam benar-benar menjadi sentral mahasiswa. Karena kata pepatah, “Kalau masjidnya makmur, pasti masyarakatnya ikut makmur.” Apalagi di bulan mulia Ramadhan yang datangnya hanya satu kali dalam setahun. Tentu sangat dinanti-nanti, meraup pahala sebanyak-banyaknya.

Melihat bagaimana implementasi integrasi-interkoneksi yang diterapkan, sangat keren bukan? Nyatanya, memakmurkan ruang-ruang intelektual yang menyenangkan itu membutuhkan pengorbanan. Entah dari pihak pengurus Laboratorium Agama, panitia Ramadhan, dan kerja sama antara dosen serta organisasi-organisasi kemahasiswaan yang bergerak aktif di kampus. Menarik untuk dikembangkan. Semoga di tahun selanjutnya, Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalija bisa menghadirkan kegiatan-kegiatan yang lebih fresh untuk mahasiswa yang sedang mengembara meraih intelektualitas yang berkualitas, bermanfaat untuk agama, bangsa dan negara. Selain itu, kemakmuran Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga dapat dicapai, tidak hanya menjadi tempat untuk mensholihkan diri secara individual, namun menjadi sholih pula secara sosial. Karena berbicara tentang Islam itu komprehensif.

(Foto penulis bersama jamaah lain yang hendak duduk di kajian lesehan)

 

Ditulis oleh Miftakhul Ulumiyah

Jumat, 08 April 2022

Edukasi Pentingnya Belajar Sholat, Mahasiswa Uin Sunan Kalijaga Bentuk Kegiatan Kalijaga Mengajar

(Masjid Sunan Kalijga nampak dari depan)

Shalat merupakan hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Shalat juga merupakan sarana komunikasi bagi jiwa manusia dengan Allah swt. Shalat juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain. Shalat adalah tolak ukur amal, yang berarti bahwa kualitas amal seseorang ditentukan oleh shalatnya. Hal ini seperti disebutkan dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi:

Hal pertama yang akan dihisab kelak di hari pembalasan adalah shalat. Apabila baik shalatnya, maka akan baik pula amal-amal lainnya. Dan apabila shalatnya rusak, maka akan rusak pula amal-amal lainnya.”

Shalat adalah tiang agama. Hal ini disebutkan dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Baihaqi:

Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama; dan barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merubuhkan agama.

Shalat menjadi benteng yang menjaga diri kita dari perbuatan keji dan maksiat. Hal ini disebutkan dalam Al-Ankabut: 45, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Shalat sebagai pengingat kita kepada Allah swt, seperti yang dituliskan dalam Surat Ta Ha ayat 14, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Pembiasaan beribadah sejak dini itu sangat penting bagi siswa. Hal ini merupakan kunci sukses bagi mereka untuk meraih sukses dalam arti yang sebenarnya pada masa-masa mendatang, khususnya setelah mereka dewasa dan terjun ke masyarakat.

Belajar beribadah sejak dini tentunya mempunyai manfaat yang sangat baik bagi pertumbuhan si kecil dan pada kalangan masyarakat.

Salah satu bentuk manfaatnya yaitu mendidik anak berakhlak karimah. Akhlakul karimah adalah sebuah pembiasaan berperilaku baik, tentunya sangat bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Kemudian, menjadi pribadi yang disiplin. Pembiasaan shalat tepat waktu secara tidak langsung sudah mendidik siswa berperilaku disiplin dan tepat waktu. Setiap kali beribadah, banyak doa dan keinginan untuk masa depan yang dilantunkan. Ini menjadi modal untuk meraih sukses dimasa depan. Selain itu dapat menciptakan memori untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sehingga kelak setelah dewasa, mereka akan selalu ingat hal tersebut, dimanapun mereka berada.

Dengan adanya  hal tersebut, Mas Issac merupakan salah satu pengurus takmir masjid kampus UIN Sunan Kalijaga, beliau sekaligus bagian dari koordinator umum program kalijaga mengajar yang masih dalam tahap penyusunan naskah akademik. Di dalam civitas akademik Masjid Uin Sunan Kalijaga terdapat sebuah kegiatan yang disebut Kalijaga Mengajar, menurut Mas Issac sendiri alasan diadakanya kegiatan tersebut guna mengedukasi masyarakat awam dan mahasiswa, karena dalam Islam, setiap ibadah khusus baiknya didasarkan atas pemahaman yang jelas dan benar. Serta dalam rangka menciptakan bahan akademik yang bersifat inklusif, dimana dalam bukunya nanti dibuat mencakup 4 madzhab. Kegiatan yang dilakukan nantinya  terbagi jadi dua, yaitu proses  penyusunan naskah akademik dan pembimbingan langsung di masyarakat, melalui kajian-kajian yang dilakukan. Kegiatan tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara langsung di lingkungan masyarakat, ketika ditanya mengenai harapan dengan adanya kegiatan Kalijaga Mengajar, beliau menyatakan bahwa, “Semoga dapat menjadi amal jariyah, temen-temen relawan dan membantu meningkatkan pemahaman masyarakat atas dasar-dasar  keagamaan.”

 Artikel ditulis oleh Muhammada Ilyas

Dari Mencari Amunisi Hati Sampai Menjadi Relawan di Masjid Nurul ‘Ashri


(Masjid Nurul ‘Ashri Yogyakarta)

 

Masjid Nurul ‘Ashri adalah satu satu Masjid yang cukup dikenal di Yogyakarta. Posisinya yang terletak didekat kampus UGM, UNY dan UIN menjadikan masjid ini banyak dikenal oleh kalangan mahasiswa Yogyakarta. Dikenal sebagai Masjid yang sering menghidupkan program dan kegiatan-kegiatan didalamnya, seperti mengadakan kajian rutin, memberikan takjil gratis, mengadakan kegiatan Ramadhan, dan lain sebagainya.

Dalam menghidupkan kegiatan-kegiatan masjid tersebut, setiap setahun sekali Masjid Nurul ‘Ashri mengadakan open rekruitment relawan untuk anak muda yang ingin bergabung dan ikut berkontribusi menjalankan program masjid. Relawan-relawan Masjid Nurul ‘Ashri ini memiliki nama relawan kamus (kajian muslim).

Dalam menjalankan program yang cukup padat, Masjid Nurul ‘Ashri membagi relawan-relawan tadi menjadi beberapa divisi, yang nantinya setiap divisi memiliki pos-pos kegiatannya masing-masing.

Seperti divisi kajian yang memiliki amanah melaksanakan kajian keilmuan di masjid, kemudian ada divisi pelayanan umat yang memegang amanah untuk mengkreasikan kegiatan-kegiatan guna menumbuhkan rasa cinta masyarakat terhadap masjid, ada juga devisi multimedia yang memiliki amanah mengoptimalisasi media cetak, online, dan elektronik yang nantinya digunakan untuk penyebaran informasi kegiatan masjid, dan yang terakhir ada divisi pelatihan yang dimana divisi ini memiliki amanah meningkatkan mutu dan ketakwaan internal relawan dengan mengadakan program tahsin, kajian, dan rihlah.

Tentu, menjadi relawan adalah sebuah pilihan dimana mereka memiliki alasan dan tujuannya masing-masing. Dengan kegiatan dan program masjid yang cukup padat, relawan-relawan ini dengan sukarela meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk menjalankan program-program masjid.

Dengan latar belakang alasan yang berbeda-beda dari para relawan mengenai alasan ingin bergabung menjadi relawan Masjid Nurul ‘Ashri menjadi daya tarik dan pembelajaran tersendiri. Salah satunya yaitu Dika Resi Sekar Kusumajati yang kini menjadi Kepala Bidang Divisi Pelayanan Umat di Masjid Nurul ‘Ashri.

Mba sekar, sapaan sehari-hari beliau di Masjid Nurul ‘Ashri sebagai relawan. Berawal dari ingin mencari amunisi hati di saat ujian skripsinya, ia memutuskan untuk datang ke Masjid Nurul ‘Ashri.

“Kenapa bisa kenal relawan Nurul ‘Ashri, yang pertama pasti itu udah takdirnya Allah, yang kedua pas waktu kuliah diakhir semester aku sering dengerin kajian Ustadz Syatori di Pesantren Darus Shalihat tapi online. Akhiranya aku pengen kajian offline cuma bingung mau dimana karena pandemi. Terus pas scroll instagram ketemu kajian Ustadz Syatori di Masjid Nurul ‘Ashri. Pas masih mahasiswa setiap diajak kajian sore ke Nurul ‘Ashri tu mesti selalu ga bisa, karena memang aktivitasku banyak di lab. Akhirnya aku mencoba ke Masjid itu sendir. Dan qadarullah, Allah memberikan izin aku liat poster open recruitment relawan Masjid Nurul ‘Ashri di instagram mereka. Karena udah 2-3 kali ikut kajian disana, akhirnya aku pengen daftar.”

Ternyata ujian skripsi lah yang menjadi jalan wasilah beliau bertemu dengan relawan Masjid Nurul ‘Ashri.

“2021 aku daftar dan sekarang udah 1,5 tahun di relawan Masjid Nurul ‘Ashri, aktifnya dari bulan Januari.”

Menjadi relawan justru menjadi hal yang sangat beliau syukuri. Hal ini beliau sampaikan karena beliau memang suka kegiatan sosial dan dakwah semenjak di bangku kuliahnya di Universitas Gajah Mada.

Menjadi aktivis penggiat sosial dakwah selama kuliah, membuatnya rindu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut lagi. Selain itu juga, karena beliau memang ingin mendapatkan lingkungan yang mendukung di kegiatan sosial dakwah.

“Dan alhamdulillahnya dipertemukan dengan Masjid Nurul ‘Ashri” pungkas mba Sekar.

(Penulis tengah berfoto bersma narasumber)

 Artikel ditulis oleh Dewi Sekarsari

Senin, 04 April 2022

Sejarah Laboraturium Masjid UIN Sunan Kalijaga yang Didirikan Akibat Gempa

(Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga)

Pada awal pengembangan dan pembangunan kampus IAIN Sunan Kalijaga menjadi UIN Sunan Kalijaga tahun 2002-2003, UIN Sunan Kalijaga tidak merencanakan dan tidak ingin membangun masjid. Waktu itu pembangunan kampus yang didanai pemerintah lewat Islamic Development Bank (IDB), yang akan dibangun hanyalah gedung-gedung perkuliahan dan perkantoran. Sebagai ciri khas sekarang dan masa datang, Masjid IAIN Sunan Kalijaga tetap akan dipertahankan dan dilestarikan.

Namun, Tuhan mempunyai jalan lain. Pada bulan Mei tahun 2006, terjadi gempa yang dahsyat di Yogyakarta. Masjid yang hendak kita lindungi dan pertahankan tersebut, akhirnya rusak parah terkena gempa. Kemudian tim ahli independen dari ITB, UGM dan UNAIR, bangunan masjid tersebut dinyatakan tidak boleh dan tidak bisa digunakan lagi. Kurang lebih selama 4 tahun, warga kampus tidak memiliki masjid. Untuk sementara itu, gedung Multipurpose digunakan sebagai masjid. Warga kampus telah merindukan hadirnya sebuah masjid baru pascagempa 2006. Maka dari itu, dari tahun 2007 s.d. 2010 Masjid UIN Sunan Kalijaga dibangun kembali dengan dana APBN selama 3 tahun berturut-turut, yaitu tahun anggaran 2007, 2009, dan 2010.a

Letak dari Masjid UIN Sunan Kalijaga sendiri sangat strategis berada di tengah-tengah bangunan gedung perkantoran, fakultas, laboraturim, dan infrastruktur kampus lainnya. Masjid ini menjadi bangunan yang paling tampak dan menonjol bila dilihat dari berbagai sisi. Hal itu menunjukkan bahwa masjid adalah bangunan paling penting. Selain menjadi tempat untuk beribadah, masjid juga menjadi tempat belajar bersama, tempat bertemunya mahasiswa, dosen, dan karyawan dari 8 fakultas dan Program Pascasarjana. Dari masjid ini kita berharap upaya integrasi - interkoneksi bidang keilmuan dapat terwujud secara bertahap, mereka yang menekuni ilmu agama dapat belajar dari koleganya yang menekuni sains dan teknologi serta sosial dan humaniora, begitu juga sebaliknya, mereka yang menekuni sains, sosial dan humaniora juga mahir, dan cakap memahami keislaman secara komprehensif - menyeluruh.

Secara umum, laboratorium Agama/Masjid Sunan Kalijaga memiliki 3 fungsi dasar service center yaitu : Pertama, Sebagai pusat kegiatan ibadah dan keislaman, baik berupa dakwah, kajian, pelatihan, maupun layanan publik dalam bidang keislaman di lingkungan UIN Sunan Kalijaga yang didukung oleh sustainabilitas jangka panjang. Kedua, Sebagai pusat pengembangan dan kajian Core Values UIN Sunan Kalijaga, khususnya integrasi – interkoneksi keilmuan umum dan keislaman yang bermuatan nilai-nilai dedikatif-inovatif, inklusif dan continuous improvement. Ketiga, Sebagai pusat syi’ar UIN Sunan Kalijaga dalam bidang keislaman dan sosial kemasyarakatan guna meningkatkan distinctive competitiveness value institusi yang membawa kemaslahatan bagi masyarakat.

Sharing antarsivitas akademika sebagaimana yang ditulis diatas sangat mungkin terjadi, karena masjid juga dilengkapi dengan fasilitas bagi mereka untuk saling bertemu seperti Kantin Universitas yang sangat luas, selasar yang memanjang dan nyaman menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan utama masjid, Convention Hall (Di sebelah Barat bangunan Masjid) yang dapat menampung 500an orang, dilengkapi air mancur dengan 9 titik semburan, Observatium untuk melihat tata surya, dan lansekap yang harmonis. Dengan demikian, Masjid ini didesain untuk memudahkan sivitas akademika untuk melakukan hablum minallah, minan-nas, dan minal ‘alami. Masjid juga didesain untuk menampung jamaah dengan jumlah besar kurang lebih 4000 orang.

Artikel ditulis oleh Siti Rohaena

Meningkatkan Kualitas Keagamaan dengan Pembiasaan Mengaji Al-Qur'an di Lingkungan UIN Sunan Kalijaga

 

(Para relawan sedang mengajar ngaji)

Mengaji adalah salah satu kegiatan utama dalam agama Islam, merujuk pada aktivitas membaca Al-Qur’an atau membahas kitab-kitab penganut agama Islam. Aktivitas ini termasuk ibadah dan orang yang melakukan akan mendapatkan imbalan dari Allah. Manfaat mengaji tersebut adalah mendapatkan pahala karena Al-Qur’an adalah pedoman hidup umat Islam, maka dari itu kita harus mempelajari dan memahami isinya. Mengaji merupakan kewajiban bagi seluruh umat islam, karena itu kita diwajibkan mengaji baik dari umur yang masih kecil maupun yang sudah tua atau dewasa.

Mengaji Al-Qur’an sudah menjadi budaya sejak zaman dulu dan sebuah adat khas dari Indonesia, belajar mengaji dari mulai usia dini sampai dewasa bahkan sampai tua. Belajar mengaji seharusnya memang dari usia dini, karena usia dini adalah usia yang masih gampang di latih atadiajari karena mereka masih bersih.

Belajar mengaji Al-Qur’an harus diterapkan dari usia dini karena akan lebih mudah baik bagi pendidik ataupun peserta didik. Namun, kenyataannya zaman sekarang sangat sedikit sekali anak-anak yang belajar mengaji karena mereka lebih memilih bermain game, menonton televisi, ataupun main daripada belajar mengaji Al-Qur’an.

Kedisiplinan dan kemauan yang dipupuk oleh orang tua kepada anakya untuk belajar mengaji Al-Qur’an harus ditingkatkan lagi, karena mengingat mengaji Al-Qur’an itu sangat pentingPenting bagi mereka dimasa yang akan datang, karena mengaji Al-Qur’an adalah sebuah ibadah dimana yang melakukan mendapatkan pahala.

Melihat hal itu, Mas Issac mencari relawan guna berinisiatif mengajar anak anak, mahasiswa, hingga masyarakat yang ingin mengaji di sekitar lingkungan UIN Sunan Kalijaga, karena menurut teman teman Mas Issac bahwa di sekitar kita (lingkungan UIN)  banyak yang belum bisa ngaji terutama ngaji Al-Qur’an. Selain iturelawan-relawan tersebut juga mau dimasukkan ke TPA-TPA terdekat.

“Progam ajar ngaji saat ini adalah membantu TPA-TPA sekitar, kedepanya ingin membuat TPA di Masjid UIN untuk orang tua, mahasiswa, dan juga mengirimkan mahasiswa yang mau mengajar di gunung kidul, karena di gunung kidul menurut temen temen dari gunung kidul orang orangnya masih sangat awam, tidak hanya mangaji Al-Qur’an, bahkan sholat pun masih awam. Pernah ada cerita dari temen saya yang asli dari gunung kidul, kalau jumatan itu tidak ada takmir, takmir cumaa satu tok, namanya mbah mudin, kalau tidak ada mbah mudin ya tidak ada jumatan,” ungkap Mas Issac, ketua dari relawan Mengajar Ngaji.

Mas Issac juga mengatakan, kita jangan cuma memakmurkan mahasiswa sajatetapi juga harus memakmurkan sekitar Yogyakarta. “Tidak hanya di pusat Yogyakarta, kalau di pusat insyaallah sudah aman, misal di Kulonprogo dan juga Gunung Kidul masih perlu kita rangkul tentang keagamaan mengingat kita sebagai mahasiswa UIN, universitas yang ada islam-islamnya.”

Pihak yang berkontribusi dalam progam Mengajar Ngaji ini sebagian besar mahasiswa dan rewalan yang mau ikut mengajar. Benefit mengikuti progam ajar mengaji tersebut adalah konversi KKN. Apabila relawan butuh bantuan apa-apa tinggal bilang pada Mas Issac sebagai penanggung jawab.

Mari kita doakan semoga progam relawan Mengajar Ngaji yang diketuai Mas Issac tersebut berjalan lancar dan bermanfaat pada semua yang terlibat.

(penulis foto bersama narasumber)


Artikel ditulis oleh Dana Fikri Ikromi

Kajian Rutinan Nurash: Bulan Ramadhan Di Depan Mata, Jangan Sampai Tidak Dapat Berkah Puasa

 

(Potret Kajian Senin offline di Masjid Nurul’Ashri)

Sebagai masjid yang bergerak untuk kemaslahatan ummat, Masjid Nurul ‘Ashri (Nurash) Yogyakarta, secara kontinu mengadakan kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat bagi sesama. Salah satunya yaitu kajian rutin setiap hari Senin dengan menghadirkan Ustadz Drs. Syatori Abdul Rauf yang siap berbagi ilmu agama dengan tema dakwah yang beragam. Kajian Senin kali ini, tema yang diangkat adalah Ramadhan Penuh Berkah. Dilakukan secara offline dan online, Kajian Senin rutin ini berjalan dengan lancar hingga akhir.

Menjelang Ramadhan, divisi kajian pengurus Masjid Nurul ‘Ashri kembali menggelar kajian rutin bertemakan bulan sucinya umat Islam. Senin, 21 Maret 2022, bertempat di Masjid Nurul ‘Ashri, Ustadz Drs. Syatori Abdul Rauf selaku pengisi Kajian Senin, berbagi ilmunya mengenai bagaimana cara agar Ramadhan kali ini bisa kita rasakan keberkahannya.

Untuk proses pelaksanaannya sendiri, Kajian Senin dilakukan melalui dua cara, yaitu offline dan online. Bagi yang mengikuti kajian secara offline, jama’ah bisa langsung mendatangi Masjid Nurul ‘Ashri, tetapi ada batasan kuota dan protokol kesehatan yang ketat. Sedangkan, bagi yang online, jama’ah bisa menonton siaran langsungnya melalui channel Youtube milik Nurul ‘Ashri.

Ustadz Syatori mengawali materi ceramahnya mengenai pemahaman arti kata berkah dalam Islam. Keberkahan yang hanya bisa dirasakan apabila ada suatu amal yang kita kerjakan.

“Puasa itu bikin susah, karena lapar,” kata Ustadz Syatori disela ceramahnya.

Namun kemudian, beliau meneruskan bahwa semakin susah akibat sebuah amal, justru disitu akan ditemukan keberkahan yang lebih berlimpah.

 

 (Siaran langsung Kajian Senin di YouTube Nurul ‘Ashri)

Berpuasa adalah kewajiban setiap muslim dibulan Ramadhan, bagi yang sudah memenuhi ketentuannya untuk menjalankan ibadah tersebut. Menahan hawa nafsu ditengah lapar dan dahaga dari waktu imsak hingga adzan Maghrib berkumandang merupakan hal yang sulit. Oleh karena itu, Ustadz Syatori menjelaskan bagaimana caranya agar puasa kita menjadi amalan yang berkah.

Amal yang betul-betul amal hanya mengharapkan tiga hal, yaitu maghfirah, rahmah, dan barokah.

“Ketiga hal ini saling berkaitan satu sama lain,” tegas Ustadz Syatori.

Tidak akan ada barokah kalau tidak disertai maghfirah dan rahmah, begitupun sebaliknya. Mungkin banyak dari kita yang puasanya tidak berkah dikarenakan amalan yang dilakukan tidak berdasar pada tiga hal tersebut. Adapun Ustadz Syatori menjabarkan, kalau keberkahan itu hanya melekat pada amal yang berlandaskan oleh iman.

Iman dalam istilah syar’i adalah tashdiq bil qalbi wa ikrar billisan amalu bil arkan, diartikan sebagai keyakinan dalam hati, perkataan di lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Iman ini harus selalu kita hadirkan disepanjang bulan suci Ramadhan agar kita senantiasa mendapat keberkahan.

Akan tetapi, perlu diingat dan dicermati bahwa keberkahan ialah sesuatu yang menguntungkan untuk urusan ukhrawi, bukan duniawi saja. Jadi, wajar apabila berkah tidak identik dengan kesenangan semata. Terkadang, hikmah dari sebuah berkah itu tidak hanya dapat kita rasakan melalui indrawi, tetapi juga bisa nampak secara tersirat dan biasanya sering tidak kita sadari.

Ramadhan adalah bulan dimana amal dilipatgandakan, bulan istimewa yang belum tentu kita jumpai setiap tahunnya. Maka dari itu, alangkah baiknya kita memanfaatkannya sebaik mungkin. Salah satu caranya yaitu dengan menjalankan ibadah puasa kita dengan cara yang benar, sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan Rasulul-Nya agar kita mendapatkan puasa yang berkah.

Ustadz Syatori menjabarkan dua hal penting yang menandai apakah amal kita berkah atau tidak. Pertama, amal yang berkah adalah ketika kita bisa merasakan nikmatnya amal. Kedua, amal tersebut dapat menumbuhkan pohon-pohon kebaikan lain.

Jika diterapkan dalam konteks puasa, maka puasa dapat dikatakan berkah ketika puasa tersebut dilandasi oleh iman dan bisa menumbuhkan amalan-amalan lain, seperti melaksanakan tadarus Al-Qur’an, sadaqah, taraweh, dan lain sebagainya. Apabila puasa kita tidak dibersamai dengan kedua hal itu, maka puasa kita bisa saja tidak berkah dan hasil yang didapatkan hanyalah rasa lelah saja.

Naudzubillah.

Semoga kita dihindarkan dari hal-hal yang membuat amalan kita berakhir sia-sia. Aamiin.


(Penulis Mengikuti Kajian secara langsung via Google Meet)

Artikel ditulis oleh Ayuni Rizkiyah

 

Mengeksplorasi Kemegahan Arsitektur Masjid Suciati Saliman Yogyakarta

(Kemegahan masjid suciati nampak dari depan)

Masjid Suciati Saliman, bukan hanya megah dan mewah semata tetapi banyak filosofi dan nilai seni yang terkandung dalam Masjid yang beralamat di jl. Gito Gati no. 100, Grojogan, Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. Seperti namanya, masjid ini dibangun oleh seorang perempuan pengusaha dunia-akhirat bernama Suciati Saliman. Dengan kekuatan do’a dan usaha beliau bisa mewujudkan mimpinya yang tergambar dari semasa sekolah menengah pertama, berawal dari kekaguman beliau seusai menunaikan ibadah umrah.

“Urip iku irip, saya bercita-cita hidup saya bisa sebanyak-banyaknya memberi manfaat pada orang lain. Berdoa, berusaha dan yakin. Rejeki sudah diatur dan tidak pernah tertukar” –kalimat yang sering dilontarkan oleh Ibu Suciati Salimah.

Masjid ini dibangun dengan nuansa khas Timur Tengah, eksteriornya yang mewah terlihat begitu eye catching bagi siapapun yang melihat dan berkunjung ke masjid ini. Dengan menggunakan material kontruksi berlapis marmer, dan memadukan uliran umas disetiap sudut pintu masjid membuat masjid ini terlihat semakin mirip dengan Masjid Nabawi. Meski demikian arsitektur dari masjid ini bernuansa khas Timur Tengah, namun tidak membuat nilai dan kesan ke-Jawa-annya hilang. Memadukan dua budaya yang berbeda antara budaya Timur Tengah dengan budaya lokal, berikut beberapa hal yang membuat masjid ini terlihat unik dilihat dari segi eksteriornya:

a.    Atap masjid yang digunakan meskipun sama-sama berwarna hijau, tetapi tidak berbentuk seperti kubah Masjid Nabawi, melainkan berbentuk limasan bertingkat tiga. Hal ini diyakini agar tetap menimbulkan kesan sebagai bentuk pemeliharaan usur Jawa.

b.     Masjid ini memiliki lima menara yang menyerupai bentuk menara yang berada di Masjid Nabawi, kelima menara ini memberikan filosofi pada jumlah sholat fardhu’ yang dilakukan dalam satu hari, yakni lima waktu.

c.     Bentuk masjid ini persegi dengan bagian pintu dari Masjid Suciati ini keseluruhannya menggunakan dinding berbalut marmer berwarna krem berpadu dengan hitam keabu-abuan,  ketiga sudut masjid ini memiliki jumlah sembilan pintu yang konon menggambarkan jumlah Wali Songo yang menyebarkan agama islam di Pulau Jawa. Pintu-pintu tersebut terbuat dari tembaga bermotif kulit berpadu dengan warna emas bertuliskan kaligrafi dan terdapat elemen-elemen bunga yang membuat mata menjadi terpana. 

(Pintu Masjid Suciati memiliki nilai nilai keislama dan kejawen)

Tidak kalah unik di bagian interiornya pun masjid ini memiliki keunikan, meski tidak terlalu besar tetapi tetap nuansa yang dibangun sangat megah. Diantaranya adalah:

a.    Mihrab di  Masjid Suciati ini berbentuk cekungan dengan dihiasi ornamen berwarna hitam putih seperti mihrab Masjid Nabawi. Dan mimbar yang merupakan miniatur kayu berwarna putiih tersebut bentuknya menyerupai khas Timur Tengah. 

(Masjid Suciati memiliki arsitektur khas timur tengah)

b.       Kubah Masjid Suciati berbentuk cekungan setengah bolah dengan perpaduan warna emas dan biru muda dihiasi ornament motif khas Timur Tengah, ternyata kubah tersebut memang dibuat seperti kubah Masjid Nabawi.

c.     Liwan Masjid Suciati ini merupakan ruang utama dimana para Jama’ah melaksanakan ibadah seperti sholat, dzikir, tilawah, ikhtikaf, dan sebagainya. Ruangan di masjid tersebut terbagi menjadi tiga lantai, di lantai pertama di isi khusus untuk tempat kajian, lantai kedua digunakan sebagai Liwan laki-laki, dan lantai tiga dibuat semi mezzanine untuk Liwan perempuan dengan masing-masing lantai dilengkapi dengan AC, almari dengan tetap menggunakan interior khas Timur Tengah.

Demikian beberapa keunikan yang terdapat dalam Masjid Suciati Saliman, dengan adanya perpaduan 2 gaya tersebut, Masjid ini menjadi sImbol dari sifat keterbukaan dan toleransi terhadap budaya asing namun tidak melupakan fitrahnya dalam unsur Jawa. Seperti yang disebutkan oleh pemilik masjid ini “Wong jowo ojo lali jowone”, pepatah ini memiliki arti orang Jawa jangan sampai lupa Jawa-nya. Namun, dikarenakan dorongan untuk membuat masjid ini dilakukan setelah beliau melakukan ibadah umrah, maka sebagian besar arsitektur masjid ini diadopsi dari ketertarikannya pada masjid yang berada di Timur Tengah.

(Penulis berfoto di Masjid Suciati Saliman Yogyakarta)


Artikel ditulis oleh Syadatul Ummah

Program Rutin yang dilakukan di Masjid Nurul Huda Kecamatan Nglipar

Masjid Nurul Huda dibangun sejak tahun 1955 dengan luas tanah 221 m2, beralamatkan di dusun Nglipar Lor, Desa Nglipar, Kecamatan Gunungkidul...